Muraz Riksi Penulis Dari Aceh Dengan Sederetan Karyanya - Artikel
Table of Contents
Sinopsis :
Filosofi Randa Tapak
“Di manapun ia jatuh di tempat itulah ia akan tumbuh”...
Sebelum benar-benar kuhapus Lembah Telaga Mane dari hidupku, ada baiknya untuk menjawab rasa penasaran akan pelajaran di puncak bukit itu. Sembari kaki yang menyonsong jalan setapak, raut-raut wajah pohon terdiam. Tak ada nyanyian burung atau hewan lain yang menyapaku. Aku benar-benar sepi, sendiri dalam jalan yang tak pasti. Aku tak ingin menoleh kebelakang, tatapanku hanya alang-alang. Tibaku di puncak bukit, aku berbalik badan “Fabiayyi ala irabbikuma tukadziban”, mulutku tidak berkompromi, Kalam Allah terus terucap dan hati ikut berbisik “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”. Berulang-ulang kalam itu meyulam pikiranku yang robek, berderu dengan nafas dan berdebat dengan dada yang terjerat keputusasaan. Masih saja kalimat Sang Pemilik Alam “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” berdengung keras di kepalaku.
"Dari Senyum Menuju Rindu" adalah buku ketiga yang saya persembahkan untuk seseorang yang penting dalam hidup saya. Memang benar buku ini tidak menjadi konsumsi publik, namun ini juga menjadi karya penting untuk saya...
Sebelumnya tahun 2016 menjadi tahun pertama saya merilis Buku Pikiran 91. Sebuah kisah tentang anak kampung yang meretaskan citanya di Kampus Swasta. Kemudian tahun 2018 saya kembali memberanikan diri untuk merilis buku kedua dengan judul "Sampah Kata Seniman Bisu". Sebuah naskah yang menampung pandangan tentang negeri, mimpi dan cinta yang terluka. Kesemuanya tertulis dari mereka yang pernah merasakannya dan bahkan didalamnya menyeret segelintir pesan tentang penduduk tepi...
SAMPAH KATA SENIMAN BISU Karya kedua saya tahun 2018 Ini hanya sampah kata, secarik ocehan basi, tak lebih dari basa-basi. Adanya kalimat-kalimat naif dari amatiran. Ada juga hasrat kuat tentang impian...
Terlalu sendiri dalam menatap dan rasanya begitu asing. Ada yang pudar dari ujung sumatera. Semua sedang sibuk berlayar menuju pulau baru. Apa pula aku yang merasa, tugasnya hanya mengikuti dan menikmati apa yang sedang terjadi. Mengapa?
Karena aku hanya seniman bisu, penikmat hidup dari kebisuan. Diam dan sadar di luar sana sedang ada kekacauan...
Ada yang sedang kurenungkan, tentang berhenti menulis mimpi dan diam sebagai manusia. Kau tahu, ada banyak yang berusaha memperlihatkan dirinya di muka umum dan ada juga yang menghilang seperti kematian. Tidak mengapa rupamu bukan lagi manusia asalkan kau masih memiliki hati sebagai manusia.
Kau tahu? Ada banyak yang berwujud manusia tapi mereka menggadaikan hatinya untuk sebuah keinginan. Hidupnya untuk inginnya dan tetap manis dengan senyum palsu. Kawan, jangan berpura-pura terlalu lama. Panggung sandiwaranya telah tutup buku sejak lama. Orang-orang lebih memilih realita dan menghadapi peluh asanya. Bangkit, kembalilah menulis setiap mimpimu dan jangan berhenti sebelum benar-benar kau tahu alasan yang tepat untuk berhenti...
Ini hanya sampah kata, secarik ocehan basi, tak lebih dari basa-basi. Adanya kalimat-kalimat naif dari amatiran. Ada juga hasrat kuat tentang impian. Tataplah dan milikilah selarik puisi hingga tua nan abadi. Lalu apa isinya?
Ini tidaklah berkisah tentang perasaan atau cinta tapi tajam pada hidup dan realita...
Buku PIKIRAN 91 merupakan buku pertama saya yang dicetak Indie tahun 2016
Impressum : "Kalah oleh pikiran sendiri adalah bentuk dari kebodohan dan wujud dari miskinnya pengetahuan. Perasaan adalah anugerah yang paling indah dalam hidup. Kehidupan adalah jalan cerita yang tidak bisa ditebak tetapi masa lalu bisa dijadikan kenangan, karena menanti terwujudnya impian bermula pada apa yang telah dipersiapkan"...
Jangan pernah menyangkal dari kenyataan. Setiap jarak tentunya akan meninggalkan kecurigaan. Unsur cemburu yang bercerita tentang pengkhianatan akan cinta... Lantas benarkah demikian?
Tidak kawan, Pikiran 91 mengajarkan bahwa hubungan haruslah berlandaskan kepercayaan yang kuat antara satu sama lain. Yang kedua, janji tidak sebatas kata-kata tapi ia haruslah melambangkan kesetiaan. Yang ketiga adalah kejujuran, keterbukaan satu sama lain mesti dilakukan...
Post a Comment