Puisi Rita Mayasari "Pamit" Puisi Sedih Untuk Musibah Sriwijaya Air - Sampah Kata
Kemarin
mereka berpamitan dengan senyuman..
Ada
kebahagiaan karena ingin liburan, ada yang sambil menahan rindu akan
pertemuan..
Ada haru
mungkin karena perpisahan meski terasa bukan untuk selamanya..
Lambaian
tangan menghiasi ruang bandara..
Ada begitu
banyak air mata dengan berbagai makna..
Namun pasti
dengan harapan yang sama, bertemu kembali dilain masa..
Tak ada yang
curiga bahwa malaikat maut sedang besiaga..
Tak ada yang
merasa bahwa pintu kematian mulai terbuka..
Tak ada yang
menyadari bahwa itu adalah saat-saat terakhir mereka didunia...
Tak ada...
Mereka
adalah bagian dari masing-masing keluarganya..
Ada isteri,
suami, anak-anak, orang tua, sahabat dan keluarga..
Melambaikan
tangan berpamitan untuk kembali ke kampung akhirat..
Siapakah
yang mampu bernegosiasi dengan ajal?
Adakah yang
sanggup menukar waktunya?
Memundurkan
atau memajukan walau sesaat?
Segalanya
telah tertulis dalam buku takdir..
Kematian tak
ada dalam rumus matematika maupun fisika, namun terhitung begitu akurat..
Pesawat
Sriwijaya air hanyalah musabab..
Gerbang
menuju perjalanan baru, kehidupan setelah kematian..
Lalu
kapankah giliran kita?
Hanya Allah
yang maha tahu..
Semoga kita
semua kembali dalam keadaan yang baik, dalam taubat beriring keimanan..
Semoga para
korban mendapat ampunan..
Mendapatkan
tempat yang lebih indah disisi Tuhan...
Tanjungpinang
Kepri, Senin 11012021/ 16.00 WIB
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...
Sampah Kata Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi
Post a Comment