Puisi Jendra .A. "Jurang Pemisah" Puisi Cinta dan Kehidupan - Sampah Kata
Siang itu
hujan turun menyiram bumi tiada henti.
Langit gelap murung seakan ikut berduka.
Sekelompok
anak kecil tertawa riang
menikmati dinginnya hujan di pinggir selokan.
Sungguh tiada yang menyangka
kebahagiaan itu berubah menjadi duka
Di tepi
jurang ,tubuh kecil mungil itu
terbujur
kaku.
Dingin
membeku.
Jurang itu
menjadi jurang pemisah.
Pelukan
terakhir Bunda tak mampu
menghangatkan
tubuhmu.
Bagai
disambar petir hancurnya jiwa.
lunglai tak
berdaya..
Segala impian yang ditata sejak dalam kandungan
lenyap seketika tanpa sisa..
Ketegaran
dan ketabahan sedang diuji
Hilang nya
permata hati
Ujian
terberat bagi seorang Ibu..
Tiada lagi
canda tawamu
Tiada lagi
tangisan manjamu
menghiasi
hari-hari Bunda mu.
Jeritan dan
tangisan pilu pecah
ditengah
malam nanti sunyi
mengalahkan
lolongan srigala dan anjing malam.
Menyayat
hati siapapun yang mendengar nya.
Hari itu
jadi saksi
Bagai diri
berada di bangku
Pesakitan.
Mencari
kesalahan diri tanpa bisa menerima takdir Illahi rabbi.
Kini kau
telah pergi..
Batu nisan
yang bisu telah terukir indah namamu.
Namun kau
tetap hidup dihati bundamu
bersama
kenangan manis yang tersisa.
Kau telah
jauh di surga..
Disini
bundamu hanya bisa berdoa dan meminta pada yang kuasa.
Semoga suatu
hari nanti bisa bersatu kembali.
Cikarang 25
pebruari 2021
Langsung saja lihat Facebooknya :
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...
Sampah Kata Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi
Post a Comment