Puisi Sumiati "Kerinduan Lelaki Tua" Puisi Ayah Sedih - Sampah Kata
Terhuyung
membawa langkah yang kian terseok
Dibawah
terik surya yang menganas
Buliran
membasahin dahi diantara lipatan keriput
Wajah renta
itu tetap tersenyum
Menyapa
lembut pada ku
Piye kabar
mu nduk
(Apa kabar
mu nak)
Suwi awak mu
ra pernah mampir
(Lama dirimu
tidak pernah mampir)
Maaf mbah
Saya sibuk
Hanya itu
jawaban singkat yang bisa ku beri...
Singgah neng
omah
(Mampirlah
kerumah)
Iku si mbah
wedok masak jangan gori
( nenek mu
masak sayur nangka)
Inggeh mbah
sahut ku
(Iya kakek
sahut ku)
Mbah arep
macul meneh
(Kakek akan
nyangkul lagi)
Lelaki tua
itu kembali
Bergelut
dengan tanah dan cangkul nya
Ya...
Lelaki tua
itu
Hanya tinggal berdua dengan kekasih tercinta
yang telah menemani nya lebih dari
separuh usia
Bukan dia
tak punya anak dan keluarga
Namun mereka
jauh dari jangkauwan mata
Sang anak lelaki seorang manejer hebat dengan gudang kesibukan
sehingga sekedar menelpon ayah nya pun yak sempat
Sang putri adalah adalah seorang dokter yang banyak pasien
sehingga dia tak punya waktu untuk sekedar menyapa sang ayah
walau
mereka masih tinggal disatu kota
Hari terus
beranjak maju
Wes ra sido
meneh teko
(Sudah gak
jadi lagi datang)
Guman halus
dari bibir lelaki tua
Saat sebuah
pesan singkat datang menyapa.
Raut kecewa
jelas nampak di tatap wajah keriput nya.
Iki wes
telung wulan ra mrene
(Ini sudah
tiga bulan tidak kesini)
Lelaki tua
itu terus berguman tanpa butuh sebuah tangapan
Lelaki tua terus berkerja seakan ingin melepas sesak di dada
atas kerinduan pada anak cucu
yang dicinta
Menunggu dan terus berharap
agar mereka yang disayang datang bertandang
Wajah tua
itu
Terlihat
semakin lelah
Bukan
sekedar raga yang renta
Namun
tercabik rasa didada
Saat anak
yang selalu ditimang kini jauh dari pandangan
Lelaki tua itu semakin tenggelam dalam pedihnya
atas rindu pada sukar dikatakan
Karena
permata yang disayang kini jauh dari jangkauwan
Perlahan
lelaki tua itu beranjak pulang saat senja mulai membentang
Bersama sang nenek
mereka bejalan menuju muhsola saat Azan berkumandang
Semua kerinduan hanya dipasrahkan pada Sang Tuhan
sebagai pemilik kehidupan
Sambil
menanti dimana sisa nafas akan berhenti.
Plg.1622021
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi
Post a Comment