Cerpen Judulnya "Rindu Tak Sampai" Karya Maryam
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam kopi pahit...
Cerpen ini dikutip dari FB pada sebuah Grup Pecinta Literasi Indonesia, karenanya jika teman-teman ingin mengenal sosok penulis maka cukup klik pada nama penulis di bawah judul cerpennya.
Dalam hal ini admin menekankan bahwa sumber tulisan dan hak cipta sepenuhnya milik penulis. Selamat membaca!.
Judul : Rindu Tak Sampai
Karya : Maryam
"Mi, doakan Fatimah, ya. Fatimah sudah mendaftar sebagai TKI di saudi," ucap Fatimah pada ibunya.
Ibunya Fatimah--Umi Ruko-- hanya bisa tergugu menangis meratapi nasib anak sulungnya itu.
"Sebetulnya Umi nggak ridho, Nak, tapi Umi juga nggak bisa berbuat apa-apa," ucap Umi Ruko dengan sorot mata yang memiliki banyak arti. "Pergilah, niatkan untuk menafkahi anakmu. Umi izinkan," imbuh Umi Ruko.
Setelah setahun Fatimah ditinggalkan suaminya, dia hanya berjualan bisa berjualan nasi kuning untuk mencukupi kebutuhan dia juga anaknya. Dari hasil berjualan nasi kuning, dia hanya bisa menutupi untuk kebutuhan sehari-hari. Sementara di sisi lain, Fatimah membutuhkan banyak uang untuk menutupi utang piutang mendiang suaminya.
Setelah berpikir panjang, Fatimah memutuskan untuk pergi merantau ke negeri unta dan menitipkan anak-anak pada ibunya.
***
Dua tahun berlalu ... Fatimah hanya bisa menahan rindu yang makin hari makin bertumpuk. Entah itu pada ibunya mau pun anak-anaknya. Meskipun dia mempunyai ponsel canggih tetapi dia tak bisa selalu berkomunikasi dengan keluarganya karena keluarganya tak semua mempunyai ponsel. Di kampung masih musim menggunakan telepon rumah atau menyewa di warung telepon.
Drrtt!
Suara getaran ponsel membuyarkan lamunan Fatimah.
*Mimin* begitu nama yang tertera di layar ponselnya. Ah, sepupunya Fatimah.
"Ada apa Mimin malam-malam begini menelepon?" batin Fatimah.
"Assalamualaikum, Min. Ada apa?" ucap Fatimah tergesa, merasa ada yang tak beres.
"Waalaikumsalam, Fatimah ... Umi, Fatimah," jawab Mimin sambil tergugu menahan tangis. Hati Fatimah makin tak menentu ... ada apa dengan Umi? Benaknya bertanya. "Umi, sudah tidak ada sore tadi ... Fatimah," imbuh Mimin.
Astagfirullah ... astagfirullah ... tak tertahan lagi tangisnya. Jangan tanya dunia Fatimah bagaimana, runtuh.
"Umi ... mengapa pergi saat aku belum membuatmu bahagia?" batin Fatimah.
Rindunya tak sampai, hanya doa mungkin yang kini akan sampai pada ibunya Fatimah.
End.
Sukabumi, 20 Juni 2021
***
Demikian cerpen yang dikutip dari FB pada sebuah Grup Pecinta Literasi Indonesia untuk dimuat dalam web ini.
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...
Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi
Post a Comment