Puisi Atedriyanto Kriswan "Kejang Bumi Merintih" Kumpulan Puisi Kritik Sosial
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam kopi pahit...
Puisi merupakan ungkapan perasaan yang menggambarkan tentang cinta, kehidupan, bahagia, sedih, rindu dan alam. Oleh karenanya pada postingan ini, admin ingin membagikan puisi karya Atedriyanto Kriswan.
Dalam hal ini admin menekankan bahwa sumber tulisan dan hak cipta sepenuhnya milik penulis. Selamat membaca!.
Profil singkat penulis :
Facebook Atedriyanto Kriswan
Instagram Atedriyanto Kriswan
Wattpad Atedriyanto Kriswan
KEJANG BUMI
MARINTIH
Oleh
Atedriyanto Kriswan
Kejang Bumi
kejang hulu hati
Ketika sawah
bergetar sendiri
Pada titik
getir tersunyi naluri
Pada ronta
akhir titik nadir mati
Siapa bela
siapa tak bisa lagi
Apa poles
kilau apa tak layak lagi
Semua
berdebar ingin kembali alami
Kejang Bumi
menggeliat hembus wangi
Jantra laku
virus dan kuman kian rapi
Bergerak
mengepung kekejangan Bumi
Kata-kata
rantas oleh tingkah-polah sendiri
Kebugaran
diri menjadi kerakusan Kilau Kursi
Serata apa
meniarap di hamparan debu Bumi?
Seganas apa
megap di gerusan asap Kota Mati?
Orang-orang
menggotong mayatnya sendiri
Mengapa
terjadi jeritan ngeri di atas onak duri?
Ketika Sakit,
April 2021
MALAM IMPIAN
KATA
Oleh
Atedriyanto Kriswan
Kita mandi
bersama dalam lenguh mesra
Kupaguti
leher dan dadamu hingga ke paha
Kusruputi
punting hangatmu hingga klitoris rasa
Biar lidahku
berdansa di celah hangat manis asa
Mari, kau
hisap penis jiwa ini hingga membaja
Jepit ke
rumput hitam dan denyut vagina kata
Biar nyawa
menyatu raga, enggan busana
Kuperawani
jiwa puitis dengan kelembutan pena
Setegak pena
menggurati dinding juta peka
Lorong
menggetar hingga menumpah sengal
Kugigiti
pangkal paha hingga kian buka bara
Kutitipkan
energi mesra pena di saat gial
Keperawanan
jiwa puitis serahkan getah saga
Nungging
pinggul kumasuki lagi celah ngerang
Hunjam ulang
kali satukan jerit jepit raga
Tanpa celana
seketat raga hingga fajar tiba
Kadisobo II,
Sleman 55513
D I
Yogyakarta
01-06-2021
JENGKERIK
ADALAH PESAN NYAWAKU
Oleh:
Atedriyanto Kriswan
Malam tlah
jatuh di lidahmu nganga desah
Betapa yang
dirindu kian lenguh dalam batu
Saat itulah
jengkerik datang dalam gelisah
Merayapi tumit
hingga ke lutut merdu
Kian lama di
lutut merdu, ia gemetar bara
Naik ke paha
mesra hingga bertemu celah suara
Ia dengusi
celah basah, ia geseki titik asmara
Hingga
lorong kian terbuka menanti pesona
Jengkerik
hisapi yang basah dalam celah
Ia masuk gasruti
setiap dinding gelinjang desah
Mesra di
atas aneka rasa kejang menghunjam
Jengkerik
menjelma amukan daya kejantanan
Masuk keluar
kian gencar gocoh ke dasar
Gemas mesra
songkel keras putar-putar
Dan jiwa ini
mendekapi telanjangmu menggigil
Kian malam
kian peluh membara mesra tampil
Saat hampir
semburkan getah hangat sayang
Tercerabut
untuk geseki rumput dan kepekaan
Paha mesra
kian terbuka untuk seketat sayang
Cublas kian
dalam, amuki lidah rahim kerinduan
Yogyakarta
03-06-2021
08.49 WIB
TIDAK
SEPERTI DULU LAGI
Oleh:
Atedriyanto Kriswan
Kuberada di
pantai waktu
menunggu
jiwa debu yang kian membatu
Bayangan
kehadirannya tak ada
Desahan
mesra dan janji kata pun tak ada
Entah ia ke
mana, entah ia bersama siapa
Hanya angin
pantai menghembus hampa
Tajamnya
melukai pasir terlentang asmara
Jiwa ini
bagaikan digulung ombak samudera
Apakah rindu
berbunga luka di buih pantai sunyi
Apakah hulu
hati jadi pisau sayati mimpi diri
Tak ada
jawaban di badai penantian
Semua
kembali ke telinga kesendirian
Air mata
hari tak menetes lagi
Ia pergi
melukisi jalan sunyinya sendiri
Yang kubisa
berkawan pantai sepi
Bahwa pantai
sepi membuka juta asa wangi
Kadisobo II,
Sleman 55513
04-06-2021,
08.43 WIB
***
Demikian puisi karya Atedriyanto Kriswan yang dikirim oleh penulis untuk dimuat dalam web ini.
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...
Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi
Post a Comment