10+ Puisi Cinta Romantis Tak Pernah Terduga Ditinggal Lagi Sayang-Sayangnya Tentang Patah Hati
“Pintu
Terakhir”
Karya :
Muraz Riksi
Engkau yang
menanam harapan
Saat tawa
yang menutup lembaran
Untuk apa
aku harus bertahan
Bila kasih
ini terabaikan
Saat derai
air mata tak mampu menghapus lukamu
Aku tidak
berubah untukmu
Janji hidup
adalah menjagamu
Layaknya
tawaranku adalah senyummu
Tangisanmu
adalah kebencianku
Kesakitanmu
adalah sesak pedih dinafasku
Namun apa
daya, jika semuanya bukan inginku
Resah seakan
mengantar kepergianku
Kala
mudahnya dirimu menutup peti
Mengusirku
diawal pilihan yang menanti
Mencela
kerinduan bak sapaan mati
Menangisi
kebahagiaan yang mengincar hati
Andaikan
semuanya belum berakhir
Cerita dalam
kisah ini takkan terukir
Saat rasa
yang tidak pernah mengalir
Menutup
lembaran pilu yang hadir
Terkunci
sudah hati bersama laut yang dalam
Bagaikan
perahu kertas yang tenggelam
Tidak
berbuih dengan secercah cahaya malam
Menerangi
kenangan yang telah padam...
Bireuen, 28
Maret 2015
"Ada
Apa Dengan Kegelisahan Ini?"
Karya :
Muraz Riksi
Aku mulai
menulisnya, lagi dan lagi
Tentang hati
yang memaksa mimpi
Mencerna
semua kata, lagi dan lagi
Tentang
impian yang seakan mati
Ada apa
dengan kegelisahan ini?
Saat yang ku
genggam hilang pergi
Bukan
cercaan atau cacian
Melainkan
kesendirian dalam penantian
Siapa?
Yang ku
nanti adalah secuil diksi
Dari
jari-jemari pengikat narasi
Bukan mereka
ahli pembual janji...
Jangka, 30
Januari 2018
"DITINGGAL
LAGI SAYANG-SAYANGNYA"
Karya Muraz Riksi
Mencintaimu
bukan karena kasihan
Mencintaimu
bukan karena peduli
Tapi sungguh
karena hati
Hati yang di
dalamnya telah menetap sebuah rasa
Namun kisah
ini berawal dari luka yang mendalam
Sebuah rasa
sakit yang kala itu takkan ada penawarnya
Ketika aku
sedang sayang-sayangnya
Lalu
ditinggalkan dengan sebuah pengkhianatan
Yang takkan
ada satupun kekasih di dunia ini
Yang akan
sanggup menerimanya
Kala aku
sedang sayang-sayangnya
Lalu
ditinggalkan dengan pengkhiatanan
Ia membalas
ketulusan dengan rasa sakit yang teramat dalam
Ia menduakan
hati yang telah menerima dirinya
Hati yang
menerima segala kekuranggannya
Dengan
mudahnya dia pergi ke lain hati
Alasannya
dia tidak lagi mencintaiku
Dengan
mudahnya kalimat itu ia ucapkan
Kala aku
sedang sayang-sayangnya
Hancur,
gelap, sakit, luka yang tak berdarah
Ai mata yang
tumpah
Dan hidup
yang tak lagi terarah
Aku yang tak
lagi punya tujuan
Aku yang tak
lagi punya harapan
Aku yang
telah hancur karena ditinggalkan
Hanya rasa
sakit yang menemani setiap jengkal tatapan
Hari ke
hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan
Sakit itu
tak juga kunjung lekang
Nafas ini
terlalu lelah
Hati ini
dipenuhi amarah
"Tak
Pernah Terduga"
Karya Muraz Riksi
Luka dan
kesedihan menyergap ruang hati
Tempat yang
telah tumbuh benih suci
Kala rasa
sakit melukai mimpi
Pada
secangkir kopi, larut bersama pahitnya egois diri
Di bawah
pohon serut
Diantara
siang yang panas
Dengan angin
sepoi-sepoi menemani kesendirian
Ku tatap
langit biru, tentang kekecewaan yang tak dapat dibicarakan
Malam yang
menjalar di atas tanah tempatku berdiri
Tak pernah
terduga
Segala
pemikiran egoku
Seketika
berganti dengan kebahagiaan
Kekecewaan
yang tadi larut segera menguap ke udara
Lara yang
tadi sakit seketika pula menjadi tawa
Dari yang
paling kuharapkan
Justru dari
yang tak pernah terduga
Adalah
kesalahan dari pemikiran bodohku
Terima kasih
untukmu
Karenamu
adalah bahagia yang selalu ku jaga
Sampai kita
tua bersama…
Di Bawah
Pohon Serut, 14 Juli 2020
Tentang Kopi
Tentang Rindu
Karya Muraz
Riksi
Dari kopi
saya belajar tentang rasa
Ada banyak
perasaan larut di dalamnya
Saat bicara
tidak mampu menjelaskan rasa
Maka kopi
mengerti pahitnya asa.
Saya akan
selalu tersenyum
Karena air
mata pun telah jatuh membasahi bumi
Tak perlu
menggubrisnya,
Adakah saya
dikatakan waras atau tidak
Sebab
tentang hidup saya tidak terlepas dari kopi
Ketika rindu
bicara
maka kopi
yang melarutnya menjadi satu rasa
Tentang kopi
adalah tentang rindu
Dari rindu
saya belajar tentang setia
Ada banyak
peluh hanyut olehnya
Saat doa
tidak tersampaikan laksana kata
Maka sunyi
malam yang menjawabnya
Sudahlah,
saya bisa tersenyum untuk beberapa waktu
dan itu
sudah lebih dari cukup untuk menggantikan rindu…
Pelataran
Jalan, 11 September 2018
"DINGIN"
Karya Muraz Riksi
Cuaca
mendung, rintik yang sedu-sedan..
Jingga yang
dibasahi hujan..
Menatap
langit yang tak karuan..
Dingin,
kesekian kalinya keadaan menjadi dingin..
Secangkir
kopi pahit saja belum cukup untuk menghangatkannya..
Karena rindu
saat berjauhan..
Kala bertemu
disambut terpaan ombak persoalan..
Entah apa
yang merasuk pikiran?
Wajah itu
dingin tanpa alasan...
Bireuen, 1
November 2020
"JIKA
AIR MATA INI MASIH ADA"
Karya Muraz Riksi
Semoga,
masih semoga
Luka, masih
saja luka yang sama
Untuk apa?
Bukan
salahmu
Semoga
Berharap
jendela hati terbuka
Namun
kuatnya rasa ego berkuasa
Tak lagi
saling bicara
Jika air
mata ini masih ada
Mungkin
tangisan hebat akan pecah diantaranya
Tapi...
Diam lebih
baik
Untuk apa
bicara, jika bicara tidak membuat bahagia...
Bireuen, 17
Desember 2020
"Sekeping
Keinginan, Setetes Harapan"
Karya :
Muraz Riksi
Saat menatap
kebahagiaan kecil
Senyuman
tulus, tawa bahagia
Yang masih
begitu lugu
Karena tak
terlepas dari harapan
Hanya saja
itu adalah mimpi dari tidurku
Aku harus
bangun untuk menghadapi kenyataan
Kala cerita
hidup tetaplah perjalanan
Saat
keinginan kecil dikecewakan keadaan
Terkaparlah
akan harapan
Mengemis
bahkan mengais ketenangan
Untuk
mencoba menolak ujian
Tetap saja
berlalu jadi kenangan
Mungkin
bukanlah kemungkinan
Karena harus
itulah arti kepastian...
Bireuen, 27
September 2017
"DIANTARA
RINAI HUJAN"
Karya Muraz Riksi
Diantara
rinai hujan, kita bercinta dengan secangkir kopi
Diantara
dinginnya rasa, kita terbuai oleh benci
Genangan
hujan masih melekat di atas lantai
Tempat air
mata beradu dengan luka
Meja-meja
masih basah oleh rasa
Saat rindu
tak lagi saling bicara
Malam-malam
adalah temanku bercerita
Kala sunyi
yang menopang siksa
Tersakiti
hati yang terbuang sendiri
Meratap
sedih tak dihargai
Kursi kosong
dan alunan musik sendu
Temaniku
menyaksikan air mata beradu dengan luka
Kau boleh
tertawa atau lupa
Tapi ingat,
rinai hujan juga air mata
Kau boleh
tersenyum melupakan pilu
Tapi ingat
kala hatimu juga dapat terluka sepertiku
Malam Sabtu,
22 Januari 202
"KETIKA
KENYATAAN TAK SEINDAH ANGAN"
Karya Muraz Riksi
Sebab hidup
rasanya di bawah tekanan
Sebab angan
adalah harapan
Sebab
bahagia dengan dibahagiakan
Ketika
kenyataan tak seindah angan
Maka larilah
dari kenyataan dan temukan angan
Di sana
masih banyak angan yang indah-indah
Di sini
hanya ada renungan yang salah
Jangan
khawatir,
Istirahatkan
dulu hatimu yang sudah terlalu lelah
Lalu bangun
dan melangkahkan
Masih ada
waktu untuk menata kembali yang telah salah
Sebab
penyesalan lebih sakit daripada mengalah
Buktikan
bahwa kau pantas marah
Kau pantas
menyerah
Karena
kenyataan tidak lagi indah
Ketika
kenyataan tak seindah angan, katamu
Kau lebih
tahu akan sakitnya dikhianati lalu ditinggal pergi
Kau sudah
pernah merasakan beratnya frustasi
Hanya saja
angan dapat membuat siapa saja terlena
Bahkan lupa
dengan yang namanya menghargai
Lupa rasa
syukur hadirnya telah mengobati
Ia yang terlalu
menyayangi
Bahkan
meletakkan bahagiamu di atas bahagianya
Namun yang
kau katakan benar "untuk apa tertawa jika dipaksakan"
Bireuen, 17
Februari 2021
***
Demikian puisi karya Muraz Riksi yang dikirim oleh penulis untuk dimuat dalam web ini.
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...
Sampah Kata Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi
Post a Comment