7 Puisi Kehidupan Penuh Makna "Jalan Baru Di Tepi Jembatan" Puisi Muraz Riksi Seniman Bisu

Table of Contents
Puisi Sampah Kata Seniman Bisu


"MENCARI INSPIRASI"

 Karya Muraz Riksi


Wahai engkau yang bersarang dalam pikiranku

Hilang tanpa temu dalam mimpiku

Jari-jari tangan yang mati layu

Menunggu datangnya coretan dalam hatiku


Mimpi yang akan menjadi bunga tidurku

Aku akan menunggumu datang

Agar aku bisa melangkah lepas tanpa air mata

Hanya mampu menyentuhmu ditepian senja


Tanpa mampu menjadi malammu

Membiarkan hati didekap seribu tanya

Membuat mataku kian sembab

Mendekap rindu sebatas bayangmu...

Bireuen, 22 Februari 2011



"TEPI JEMBATAN HIDUP"

 Karya Muraz Riksi


Kala lahir butir-butir darah persaudaraan

Ketika gempar akan peperangan

Debu yang menyeru bersama angin

Melepaskan jiwa-jiwa akan ketakutan


Keterpurukan yang menyebabkan kayu mulai berasap

Saat keheningan mulai lenyap

Meretakkan puing-puing langit

Menghancurkan setiap pilar-pilar kecerahan


Menentukan pemberhentian tanpa akhir

Berat kaki untuk terus melangkah

Seakan hidup berakhir sudah

Tetesan air mata yang meluap-luap


Menghanyutkan kesadaran sampai ujung pusar kehidupan

Rintisan pandangan membeku

Menuliskan akhir dari celah-celah perkumpulan

Bertabu dalam kerlap-kerlipnya garis jalan

Sampai tepian diakhir perbatasan


Jalan buntu telah menutup semua penjuru angin

Dudukan yang telah lenyap ditelan tanah

Bertikai penyusutan semua pengorbanan

Saat-saat kematian yang menggincar tekanan


Dekapan kepanikan terus membelenggu

Curahan keringat yang tidak lagi merintis

Menetapkan raga di tengah-tengah rawa

Bersama tepian sebuah jembatan...

Bireuen, 27 Oktober 2011



"KESETIAAN"

 Karya Muraz Riksi


Barisan bukit yang mengelilingi pegunungan

Layaknya pasukan yang terus menjaga tuan

Gunung-gunung yang bersemedi dalam pelukan

Mengisyaratakan benda mati yang tak punya lawan


Aliran kesunyian membawa hawa ketenangan

Mengandung ribuan nyawa kehidupan

Sang fajar yang menerawang lembah hutan

Palung hati meneteskan harapan


Genggaman rasa yang mulai berkarat

Setangkai mawar yang telah mengikat

Jiwa yang terus mengguncang hasrat

Saat mulai melewati ruang barat


Tangan yang semakin erat menyemai asa

Luka yang semakin dalam terasa

Tetesan darah yang menutupi lensa

Mengubah warna sekeping bahasa

Harapan dan impian tetap membingkai dalam dada...

Bireuen, 02 Maret 2012



"JALAN BARU"

 Karya Muraz Riksi


Kembali ke asal, memulai aktivitas khalayaknya dasar

Dari sudut melangkah maju kedepan

Saat sebuah keyakinan mengatakan

Rumah kecil akan terus menampung


Porak-poranda jalan kehidupan

Tanpa sadar kaki kecil punya perasaan

pemanfaatan karakter terus dilakukan

Dengan menghembuskan ikatan persaudaraan


Kala semua itu terabaikan

Saat terjawab oleh langkah pembicaraan

Menyadari di atas penyadaran

Hingga mereka lupa telah melepaskan ingatan


Kembali menuju kampung halaman

Mengikis kenangan bersama impian

Menjalani hidup seperti budak

Kala kebebasan sudah dipenjarakan


Melepas semua kerinduan di tengah-tengah kesejukan

Akan keadaan lama yang sudah tertinggalkan

Menepis hidup baru ditempat lama

Bersama mereka yang senantiasa menjaga...

Bireuen, 06 Mei 2013



"KEHENINGAN DI TEPIAN RINDU"

 Karya Muraz Riksi


Perasaan hangat yang terukir dalam air mata

Benih-benih pilu yang merajut jiwa

Menangis untuk sebuah kebahagiaan

Tertawa dalam kesedihan


Ada apa dengan semua ini ?

Diam terkadang membuatku tenang

Langit yang seakan menatapku

Hembusan angin seakan membelaiku


Memeluk erat tubuh rapuh yang tak berpaku

Tersudut dalam setiap waktu

Terasingkan dari hati sendiri

Dekapan jiwa yang hanyut terbawa halusinasi...

Bireuen, 13 November 2014



"RAGA YANG BERGELORA"

 Karya Muraz Riksi


Matahari yang menyinari bulan

Bintang-bintang yang bersembunyi di atas awan

Cahaya nan indah dalam kehidupan

Menitipkan bingkisan yang takkan terlupakan

Bersahaja dalam sebuah pesona

Fatamorgana jiwa yang berkelana


Menjejaki rasa untuk menemukan makna

Kala derasnya air mata yang merana

Menunggu datangnya panggilan asa

Saat tumpuan tanah pemberhentian massa

Sunyi senyap himpitan akan terasa

Menyisakan air yang keruh tak berbusa...

Bireuen, 25 Juli 2015



"KESALAHANKU"

 Karya Muraz Riksi


Ribuan hati berlabuh di atas tanah

Melewati jalan setapak di halaman rumah

Mencari semua mimpi dengan niat istiqomah

Hati yang mulai bersua dalam sebuah ranah


Tubuh yang gemetar serasa mulai kaku

Menunjukkan opini dengan bahasa tak baku

Sudut panggung tersimpan senyum malu

Kala kesedihan tak terdengar namaku


Pepohonan rindang yang mulai tertunduk layu

Saat kicauan burung menertawakan tulisan-tulisanku

Langit yang cerah berubah menjadi kelabu

Meneteskan rintik hujan bagaikan salju


Membasahi tanah gersang di bawah langit biru

Padang rumput pun ikut menari dalam senandung pilu

Mengikuti ritma bernadakan sendu

Meluap-luap kaki kecil ingin melangkah maju

Tetap saja namaku lenyap dalam ruang waktu


Mengapa engkau tak menyebut nama itu?

Apakah terlalu sulit untukmu menyampaikan sesuatu?

Aku bertanya-tanya pada asa yang tak menentu

Ku anggap semua ini adalah kesalahanku

Karena aku bukanlah dinding semu

Juga belum memahami akan isi dari coretanmu

Yang menjadikan tangga hidup untuk diriku...

Matangglumpangdua, Bireuen 05 Desember 2015



***
Demikian puisi karya Muraz Riksi yang dikirim oleh penulis untuk dimuat dalam web ini. 

(Catatan Penutup)

Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...

Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi

Post a Comment