7 Puisi Kehidupan "Arus Kehidupan dan Dunia Pemikir" Puisi Muraz Riksi Seniman Bisu
"TERTIPU
SUARA SENDU"
Karya Muraz Riksi
Redup dalam
pikirku
Tentang
ajakan menjadi tamu
Seakan
tertulis dengan tabu
Berjalan
mengikuti hembusan debu
Kaki yang
melangkah pada ketakutan
Dalam
kerumunan di bawah langit sendu
Sungguh
sesal rasaku
Ingin ku
lepaskan penat hati yang merindu
Tertinggal
semua impian
Yang merajut
wajah kesepian
Diantara
kesunyian aku bertanya, haruskah jadi singgahan
Ketika
cerita berujung penipuan
Lembut pilu
lukisan pelangi
Menyimpan
lukanya tersendiri
Birunya alam
bagaikan tetesan warna
Bila
akhirnya hijau yang mempesona
Suara halus
mengisi palung indra
Kala
tersesat di lembah samudra
Menepaki
rintik-rintik dedaunan
Mengikuti
hasrat ingin menyampaikan kebenaran...
Bireuen, 12
Desember 2015
“Dan”
MURAZ RIKSI
Dan sedikit
saja di balik layar ada sorotan hebat tentang dunia
Sepotong
potret kehidupan menyeret asa
untuk
membuka selembar daun jendela
Dan sedikit
saja tatapan waktu menyurut hati
untuk
melangkahkan kaki
Membagikan
sebongkah kecil tawa yang pernah terlupa
Lalu kita
akan bangun dengan perasaan nestapa
saat kita
memahami cerita tentang mereka…
Ruang Asa,
27 Oktober 2018
“Dunia
Pemikir”
MURAZ RIKSI
Ini sebuah
dunia pemikir
Pemain
dipilih dalam perannya masing-masing
Hebatnya
adalah sutradara yang mengatur skenario
dan
tangguhnya mereka bisa masuk dalam naskah cerita apa saja
Jangan takut
kita ada di jalan yang beda
namun
perhatikan juga garis putih atau pembatas jalan
Jangan
sampai tertawa saat ini menimbulkan tangis dikemudian hari…
Ruang
Pikiran, 25 Oktober 2018
Aku Tidak
Senaif Itu
MURAZ RIKSI
Kau terlalu
berisik, kalau butuh tempat duduk katakan saja. Buat apa teriak-teriak di
media?
Advokasi
segala, caramu terlalu berisik dan nyentrik.
Hahahaha...
Bukankah kita sama?
Tidak, aku
tidak senaif itu tuan. Bukan perkara jabatan, teriakanku hanya untuk
membangunkan kita dari mimpi buruk. Boleh saja caraku dinilai kurang baik,
tidak sopan. Ingat kembali, ketika posisiku kau jadikan kambing hitam. Masih
ingat kala itu?
Kalau lupa
coba ingat kembali!
Siapa yang
lebih buruk diantara kita.
Kenapa panik
begitu?
Sampai
mengatakan hal-hal buruk. Jika tidak salah kenapa harus panik sampai pula
singgah dari tempat duduk...
Ah
sudahlah... Tuan duduklah kembali, saya sudah lama berdiri dan tak pernah harap
ingin duduk sekali lagi kecuali kita telah sama persepsi...
Bireuen, 17
Desember 2019
Arus
Kehidupan
Muraz Riksi
Kebahagiaan
yang terselip dalam lembar catatan
Dipagi yang
cerah bersama keramah-tamahan
Tersimpan
kisah tentang kehidupan
Arus jalanan
terukir di sepanjang penglihatan
Menunggu
datangnya para tamu tuan
Yang membawa
tulisan perjanjian
Di
persimpangan hidup yang tak karuan
Arus
kehidupan tetap saja berjalan
Ada yang
ricuh dengan perpolitikan
Sampai tega
hati pada pembunuhan
Ada pula
yang jadi pengangguran
Sampai
bingung mau dibawa kemana ijazah perguruan
Bangsa yang
terus dilanda kemiskinan
Hingga para
nakhoda jadi kepikiran
MEA pun
mulai nampak di persinggahan
Kehancuran
bukanlah pilihan
Arus
kehidupan tetap saja berjalan
Ada yang
hidup damai
Ada pula
hidupnya dalam peperangan
Inilah
cerita pemuda jalanan
yang
mengharapkan kepastian tentang kemakmuran...
Bireuen, 09
Desember 2015
"BERMALAM
DI LAYAR SEGI"
Karya Muraz Riksi
Mimpi kita
adalah mimpiku
Dikala mimpi
nyata bagi mereka yang berselimutkan kehangatan
Di tempat
tidur dengan lampu remang-remang
Mimpi
Adalah rasa
Adalah jalan
Adalah
tujuan
Dudukku
ditemani secangkir kopi
Segelas air
putih
Di depanku
ada layar persegi
Yang
menghubungkan dunia mimpi
Jari-jari
mulai menari
Membebaskan
imajinasi
Yang telah
terpenjara oleh rutinitas hari-hari
Di layar
persegi, kubebaskan memori
Tempat yang
akan mengabadikan segala hal yang telah kulalui
Bagiku,
mimpi kita adalah dengan bermalam di layar persegi
Tanpa
menyerah oleh caci maki
Tidak pula
mengemis akan puji
Atau
mengumpulkan basa-basi untuk diakui
Karena kita
hanya menjalani mimpi
Dan
mewujudkan menjadi sebuah motivasi...
Blang
Ketumba, 22 Oktober 2020
"Adakah
Hidupku Telah Bermakna?"
Karya Muraz Riksi
Dalam lautan
malam yang sunyi
Ku cairkan
tinta pena hitam yang telah membeku di alam mimpi
Ku coba
rangkai kata dengan hati
Mengikat
jerat jari-jemari
Yang menodai
lembaran putih puisi
Dalam
mempermainkan kosa kata imaji
Berjam-jam
ku tatap serius layar seni
Di balik
tirai panggung aku hampir saja frustasi
Ku kenalkan
diri pada dunia maya
Berharap
keluh kesahku dapat sirna
Dari cacian
pikiran yang bertanya
Adakah
hidupku telah bermakna?
Semakin hari
semakin tajam mata pena menari di atas kertas
Tak ada
salahnya,
Tak ada
buruknya,
Semua itu
adalah kata hati
Yang tak
seorang pun di dunia ini mampu memahami
Kecuali diri
kita sendiri...
Malam Sunyi,
7 Juli 2020
***
Demikian puisi karya Muraz Riksi yang dikirim oleh penulis untuk dimuat dalam web ini.
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...
Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi
Post a Comment