7 Puisi Islami Sarat Akan Makna Kehidupan "Mendamaikan Hati" Puisi Muraz Riksi Seniman Bisu
"KESOMBONGAN,
KEEGOISAN, KEPUASAN"
Karya Muraz Riksi
Kala hidup
merasa sudah seperti seharusnya
Saat sebuah
makna mengisi kekosongan jiwa
Sendu pilu
yang melukiskan keadaan
Siapa yang
akan terus mengusik perbedaan
Ketinggian
terkadang membuat lupa akan kehangatan
Kala embusan
kesombongan menepis daratan
Membawa
kelelahan pada lembah kesesatan
Hingga jalan
pikiran yang berantakan
Kesadaran
berbicara,
Kamu terlalu
cepat puas
Ketika jalan
hidup yang terlihat sekilas
Bermimpilah
bisa, dengan kebiasan yang takkan lepas
Mengikuti
alur semu yang bergerak bebas...
Bireuen, 03
Juni 2009
"SAAT
SENDIRI, SAAT MENANTI, SAAT MENYADARI"
Karya Muraz Riksi
Saat semua
beranjak pergi
Saat tak ada
lagi yang peduli
Saat tak
satupun yang menemani
Saat sunyi
mengisi ruang dalam hati
Saat hening
mencemari celah-celah nurani
Saat sel
abu-abu merasuki lingkaran imajinasi
Sejenak
terlupakan, sejenak terabaikan
Sendiri
datang dalam rindu tanpa rasa
Sendiri
datang dalam tawa tanpa suara
Sendiri
datang dalam tangis tanpa air mata
Sejuta kisah
melekat dalam jiwa
Sejuta
cerita yang tak sempat terbaca
Sejuta mimpi
bersemayam dalam sukma
Sebuah
kedamaian dalam kekhusyukan
Sebuah
anugrah semesta yang tak tersampaikan
Sebuah cinta
agung tetap terjaga dipenghujung kehidupan...
Bireuen, 06
November 2019
"BERSYUKURLAH"
Karya Muraz Riksi
Rasa yang
membekas di hati
Suara yang
telah merasupi nadi
Kata yang
telah engkau miliki
Engkau ambil
pergi tanpa permisi
Senyum yang
terus meracuniku
Dalam
lukisan alam yang membuat rindu
Menangis
hanya akan menyakitiku
Kala rasa
syukur tak datang mengunjungiku
Hiruk pikuk
lembah qalbu
Bernafas
serasa berat dihidupku
Bak warna
pelangi telah hilang dariku
Embun pagi
menyejukkanku
Cahaya sendu
matahari pagi
Melepas
bebas beban yang tak tergali
Sujud syukur
menggerakkan kaki
Bergelora
nan indah bahtera suci...
Bireuen, 29
Desember 2014
"BERSABARLAH"
Karya Muraz Riksi
Sejenak
terdiam dalam kerumunan waktu
Saat
kata-katamu terbias di telingaku
Alam yang
bergejolak tak menentu
Mendatangkan
kisruh di bawah langit biru
Pulau-pulau
awan menjadi hitam dan kelabu
Saat caci
maki kau campakkan ke mukaku
Engkau
lebarkan harsat kemarahanmu
Seakan kau
tunjukkan kebaikanmu
Pelabuhan
dengki mulai mencuat ke muka
Seiring
dengan datangnya rasa murka
Gelombang
api pun ikut membara
Mengajakku
untuk berbicara
Mimik wajah
kaku yang mulai merasupi jiwa
Terbata-bata
hati ingin bersua
Namun apa
daya
Bila harus
mengingat tentang asa
Tubuh yang
melepuh seakan bersalah
Menyerupai
baja yang tak mau kalah
Bersabarlah
Karena
kebenaran sebagai lentera dari masalah...
Bireuen, 07
Desember 2015
“Pikirmu”
Karya :
Muraz Riksi
Memetik
syahdu alunan rindu
Meresapi
hati yang kian membeku
Tuntunlah
kaki,
Bimbinglah
tangan,
Cerahkan
pandangan,
Terangilah
hati,
Sucikanlah
pikiran...
Bireuen, 03
Juni 2015
“Ambil
Hikmahnya”
MURAZ RIKSI
Saat kita
melewati jembatan asa
dan duduk
diantara puing-puing harapan
bersama
untuk satu tujuan dalam terik mentari atau derasnya hujan
Apapun
keheningan yang berlalu
Saat itu teriakku
tentang kata peduli
Mungkin
waktu atau mungkin kita?
Rasa yang
begitu kuat lebih deras dari air mata yang mengalir
Mengisi
lubang-lubang duka
Lupakan yang
terjadi, ambil hikmahnya
dan kita
masih berdiri untuk setiap harapan
yang
tertoreh menjadi impian
Kita
tidaklah kesempurnaan yang terlihat secara kasat mata
tapi kita
ingin menyempurnakan setiap langkah dengan hati dan cita…
Kamar Kecil,
30 Oktober 2018
"MENDAMAIKAN
HATI"
Karya Muraz Riksi
Di saat
nyatanya hidup tak sesuai keinginan
Jangan
salahkan keadaan
Layaknya
cahaya mentari ditutupi awan kelabu
Tidaklah
mendung yang disalahkan
Mendamaikan
hati
Tidaklah
dengan memenuhi segala keinginan
Adakalanya
rasa syukur atas kesempatan bernafas, masih sanggup untuk berjalan dan berlari
Masih bisa
melihat keindahan semesta ini, masih bisa mendengar suara hujan dan masih bisa
berbicara dengan sunyinya malam
Apakah di
saat keinginanmu tidak terpenuhi lalu kau menganggapnya sebagai penjara
kehidupan?
Ataukah
memenuhi imajinasimu menjadi suatu keharusan?
Hati…
Jangan
biarkan ia dipenuhi oleh hawa hitam
Sebab di
saat itulah kau telah membiarkan kehidupanmu menjadi kelam
Tak lagi
berwarna laksana pelangi melainkan kegelapan yang semakin dalam…
Ruang Malam,
12 September 2020
***
Demikian puisi karya Muraz Riksi yang dikirim oleh penulis untuk dimuat dalam web ini.
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...
Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi
Post a Comment