Puisi Langkah Kaki dan Secangkir Aroma tentang Sajak Kopi Puisi Muraz Riksi
"SECANGKIR
AROMA"
Karya Muraz Riksi
Meruah
tumpahkan kehangatan
Tergeletak
pahit pada kerinduan
Yang tercelup
aroma coklat hitam
Menembus
kulit merangsang selera tajam
Rasanya
padat bercampur kelat
Saat
menyentuh perasa, pahit mencuat
Tak dapat
disembunyikan
Tidak pula
mengurai, ia hanya menggeliat cepat
Ku sentuh
tangan kecil itu
Seruput
atasnya heningkan sepiku
Diantara
semua yang pernah ditemui
Belum ada
yang mampu mengalahkan kerinduanku pada si pahit
Dalam
cangkir kecil ia melekat hangat
Secangkir
aroma sehangat pelarut lara
Dalam
guratan kecil mulut pendosa
Memasuki
lorong menuju pusara
Bergeming tertahan
nafas bisukan suara
Aku mulai
ceritakan kembali
Tangan
mengarung hanyut dalam gulungan ombak puisi
Tak
henti-henti berselancar dengan jari-jemari
Kembali ku
kecupkan bibir, ia juga nikmati
Secangkir
aroma kelat hidangkan inspirasi
Tertuang
hangat kedalam ruang mimpi
Akan seruput
rindu yang datang menemui...
Coffee In,
04 November 2017
"Tanjakan
Petualang"
Karya Muraz Riksi
Aku tidak
hebat dalam mengeluh
Saat langkah
kaki menanjak tangguh
Bergerak
mencari secuil teduh
Dari
kebisingan yang amat gaduh
Pohon-pohon
kopi tanah guntai
Mengarungi
setiap pijakan landai
Pintu rimba
menyambut dengan santai
Saat
perjalanan ini sudah dimulai
Jauh
menawarkan misteri petualangan
Jauh
menebarkan aroma pendakian
Jauh
mengajak hasrat melirik hutan hujan
Jauh adalah
tujuan yang mengikis pertanyaan
Aku tidak
hebat dalam mengeluh
Hanya
semangat yang terus tumbuh
Menanti
puncak menikmati peluh
Memanjakan
mata memandangi tanpa jenuh
Melawan
pikiran yang menggoda keinginan
Menepis
harap pada sebuah bayang
Tentang seseorang
yang tak lagi ku kenang
Karena
setiap kepergian selalu ada jalan pulang
Hidup adalah
petualangan
Kadang kala
tanjakan menghadang
Begitu pula
dengan jalan turun yang curam
Adanya batu
cadas menghujam
Hingga tanah
gambut selimuti alam...
Gua Gunung Burni
Telong, 17 Agustus 2017
Langkah Kaki
Karya Muraz
Riksi
Barangkali
kegagalanlah yang membuat langkah terhenti
Atau caci
maki dari orang-orang yang merasa dirinya telah berhasil
Padahal
merekalah yang gagal memahami keberhasilan itu sendiri
Langkah kaki
Seperti
peluh, nafas yang berat, lelah
Ketika
tanjakan demi tanjakan harus didaki
Pada kata
menyerah sehingga gagal dalam melangkah
Kau tahu
tentang mendaki gunung?
Di atas
puncak lelah mereka terbayarkan
Oleh
hamparan luas langit dan lautan awannya
Oleh
hijaunya hutan-hutan yang menutupi tanahnya
Langkah kaki
Menjadi
permulaan bagimu menentukan mimpi
Menjadi
gerakmu meretaskan hati
Yang
tenggelam oleh rasa takut memulai
Berdirilah
dengan tegap, tataplah cahaya jingga matahari dikala senja
Ambillah warnanya
dan warnailah langkahmu menjadi bintang untuk hatimu...
Negeri
Antara, 13 Juni 2020
"HITAM"
Karya Muraz Riksi
Pahit...
Rasanya
menyengat, kuat menyentuh perasa
Pada gelas
kecil
Duduknya
dengan bermacam sudut
Segalanya...
Bersama
dengan hitam
Memikirkan
yang tak nyata
Mungkin
imajinya terlalu tinggi
Atau disini
memang tak nyata
Bersebab
apa?
Memikirkan
apa?
Harusnya
seperti apa?
Pahit...
Biarpun
begitu aku tetap rindu
Senyawanya
yang membuatku kembali
Adakah yang
salah?
Barangkali
aku yang salah memahami
Tapi...
Kenapa
mereka semua juga salah memahami
Sama
sepertiku yang sedang bingung
Mungkin
karena hitam
Atau terlalu
berbeda dengan selera
Atas apa
yang kau cari?
Setiap
waktumu dengan layar persegi
Tak lagi
adanya basa-basi
Biar pahit
membuat kelu
Namun rindu
tak ingin ditunggu
Katakan
secepatnya kala hati ingin temu...
Canopy
Coffee, 11 Juli 2020
Post a Comment