7 Puisi Cinta Penuh Makna "Semenjak Kita Cinta Yang Sempurna" Puisi Muraz Riksi Seniman Bisu

Table of Contents
Puisi Sampah Kata Seniman Bisu

"Hati Yang Bersembunyi"

Karya : Muraz Riksi


Ungkapan menjadi sebatas kata-kata

Hanya berisyaratkan suara atau tulisan semata

Lukisan sayang takkan selamanya terpajang di dalam hati

Bila keinginan hanya berteman rasa sepi


Kesedihan kian menyayat mimpi

Rasanya tak seperti dulu lagi

Waktu yang terus berjalan dan pergi

Meninggalkan rindu yang membekas di ujung jari


Sadar, aku sangat menyadarinya

Bila lukamu bermula dari sikap ku ini

Ingin sekali hati bercerita

Mengapa halnya aku sudah jarang menemani


Bila ku bercerita nanti

Aku takut engkau akan bersedih hati

Tak pun aku bercerita

Juga engkau bersedih diri


Aku menerima jika engkau benci

Aku ikhlas kala engkau jauhi

Kecewamu karena diriku seorang

Asalkan kau tetap bisa tersenyum kepada banyak orang


Ketika aku bercerita nanti

Engkau hanya tersenyum untukku seorang

Namun akan marah kepada banyak orang

Karena hal itulah, aku mengorbankan perasaan ini

Meskipun begitu sulit menahan rindu

Dan menyembunyikan rasa sakit di setiap waktu...

Bireuen, 26 Maret 2016



“Akhir Dari Pertemuan”

Karya : Muraz Riksi


Terbangun dan terjaga

Bagaikan terkapar di alam mimpi

Tergeletak pada lembah yang tak berpenghuni

Terusik diantara ruang pikiran


Saat mata tertutup akan kenyataan

Sebuah harapan tidak lagi terbentang di jalan

Bila kepastian bukanlah jawaban

Hati akan terus larut dalam kesedihan


Untuk apa melangkah dalam pendakian?

Kalau akhirnya tidak sampai pada puncak kehidupan

Menenangkan diri dan bersembunyi dibalik senyuman

Akan aku lakukan

Hingga aku dan kamu menjadi akhir dari pertemuan...

Bireuen, 10 April 2016



"Engkau Terlena Pada Masa Tua"

Karya : Muraz Riksi


Engkau sudah memilih untuk hatimu yang dalam?

Seorang pemuda yang hidupnya masih kelam

Berbagai harapan kau rajut dikala satu malam

Namanya menjadi lukisan diantara salam


Hari berjalan menepaki sang bulan

Mengendarai ujian melewati kehidupan

Gerimis mulai membasahi tatapan

Selendang mengikat erat pada keinginan


Mengikuti harapan mengukir pandangan

Berceritakan kisah cinta dalam pemaknaan

Mewarnai rasa dari sepucuk tanaman

Yang tumbuh pada sudut halaman


Datang dan datang cahaya kesempurnaan

Menenggelamkan gelap yang dulu kau sebut keistimewaan

Merangkak bersamanya untuk menjadi penerang jalanan

Engkau tak peduli dengan suara-suara hinaan


Sudah cukup engkau berdiam dalam lupa

Sudah saatnya asamu datang bercerita

Ketika keinginanmu perlahan kau tunjukkan

Melalui surat untuk waktu yang kau titipkan


Melangkahlah dan gapai semua tujuan

Tinggalkanlah setitik impian yang pernah kau janjikan

Adakalanya kau harus mengikuti perasaan

Membagikan kebahagiaan tidak selalu dengan kebahagiaan


Kesedihan dan kepedihan bukanlah kehancuran

Tidak selamanya akan bertahan

Pergilah dan abadikan satu senyuman

Biarkanlah kepedulian menghilang laksana kenangan

Menemui kesederhanaan sungguh kelana ku teman

Yang mengembara melewati lembah-lembah pegunungan...

Bireuen, 27 April 2016



“Kesederhanaan Sungguh Kelana Ku Teman”

Karya : Muraz Riksi


Bulan muncul dikala malam tua

Saat senjaku keluar dari jendela

Aku yang terlupa dari pagimu

Terlahir dari kematian cahaya


Angin bergemuruh menuduh kumpulan awan

Kelabu menutupi langit dan menjatuhkan hujan

Daun-daun menari mengumpulkan cacian

Yang berjatuhan memenuhi daratan


Ombak marah menepis pelukan

Terselip dalam pikiran, tentang keinginan untuk melawan

Meluluhlantakkan batu karang yang menghujat keadaan

Hamparan memadati pesona lautan


Aku tak takut untuk kehilangan

Ketakutan ku, engkau akan terluka dalam perjalanan

Tidak jua kau harus peduli dengan harapan

Itu hanyalah kalimat yang pernah kau janjikan


Aku rela akan perpisahan

Bila engkau bahagia dengan berjauhan

Aku akan kembali berkelana mencari kesederhanaan

Untuk menemukan penunggu kebahagiaan

Sungguh teman, aku adalah cinta dan bukan rasa kasihan...

Bireuen, 27 April 2016



"Aku Tak Tahu"

Karya : Muraz Riksi


Mengapa masih ada cerita

Kala tinta pena saja tak mau menuai rasa

Mengapa masih tertulis sederetan asa

Kala jalan masih jadi sebuah rahasia


Kemana aku harus mencari senja

Bila secercah cahaya adalah gelap malam untukku

Kemana aku harus membawa bait-bait puisi ini

Bila kelana ku tak menjumpai dermaga


Aku tak tahu dengan kisah ini

Bagaimana aku akan dapat memberitahumu

Aku dapat melihat mereka tertawa bahagia

Aku dapat melihat hidup dari sudut kusut, tempatku terdiam

Aku tak tahu dengan jari-jari bisu dipergelangan tangan ini


Mereka bukanlah milikku

Mereka bukanlah kuasa ku

Mereka adalah bagian dari alam yang sedang ku lintasi

Menulis pun tak mampu lagi untukku terka


Mungkin dibalik semua derai air mata

Ada kenangan yang sulit aku lupakan

Mudah untuk sekedar mengatakan

Teramat sulit terurai oleh waktu


Aku tak tahu,

Dari mana pelangi mendatangiku

Dari mana gelap menjemputku

Menghantarkan jejak nada yang sendu

Dalam ingatan yang kian pilu

Dan telah bersemayam satu rasa rindu...

Bireuen, 25 Mei 2016



"Cinta Yang Sempurna"

Karya : Muraz Riksi


Aku tak merencanakan cinta yang sempurna

Seperti yang pernah tertulis oleh sang pena

Aku hanya mencoba mengukir sesuatu yang sederhana

Saat bersamamu, tatapanku akan merekah menjadi sejuta warna


Kala itu, aku mulai mengerti

Betapa berharganya memiliki

Membayangkan wajahmu bersama rindu yang menggeliat hati

Adakah kau dengar kesepianku?


Engkau yang telah dibalut kebahagian

Disambut oleh senyuman yang lembut bagaikan tenunan

Dapatkah kau ingat akan air mata?

Yang dulunya jari-jariku senantiasa mengusap pipimu


Ya, seperti kepergianmu dengan luka yang mendalam untukku

Terlalu berat langkahku untuk menahanmu

Namun aku mengerti

Kaulah cinta yang sempurna untukku

Dan aku akan tetap berada di tempat ini

Menunggumu untuk kembali mencintaiku...

Bireuen, 04 Juli 2016



“Semenjak Kita”

Karya : Muraz Riksi


Aku dan rindu

Adalah kekasih yang bertemankan sepi

Adalah hati yang telah dimiliki

Namun rasanya jauh seperti sendiri

Tanpa sapa atau tanya

Kau terlalu sibuk pada duniamu

Hingga lupa, aku juga ada pada duniamu

Bukankah aku adalah kekasihmu?

Mencintai tanpa dicintai seperti kesakitan yang tiada henti

Ingin marah tapi tak tahu bagaimana

Mana mungkin aku bisa marah pada kekasih yang telah kuberikan cintaku untuknya

Tanpa ada lagi tersisa untuk yang lain

Semenjak kita

Aku denganmu seperti lupa

Mungkin kita sedang sibuk dengan segala rutinitas dunia

Takkah ada sedikit saja waktu untuk bercanda denganku, tertawa denganku

Sedikit saja...

Ku mohon kepadamu

Karena aku hanya merindukanmu

Hanya kehadiranmu untuk kita...

Bireuen, 25 Januari 2019


***
Demikian puisi karya Muraz Riksi yang dikirim oleh penulis untuk dimuat dalam web ini. 

(Catatan Penutup)

Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...

Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi

Post a Comment