7 Puisi Pendek Tentang Patah Hati "Wajahmu dan Air Mata Bisu" Puisi Muraz Riksi Seniman Bisu
"Wajahmu"
Karya :
Muraz Riksi
Sejenak
membayangkan senyummu masih tertera dalam waktuku
Sejenak
mengingat sendu tawamu masih terhafal dalam hidupku
Sejenak
menghadirkan sosokmu masih menjadi doa dalam hatiku
Sejenak
melukiskan wajahmu adalah harapku
Meskipun
semua itu hanyalah mimpi untukku
Aku
tersandar dan terkapar dalam duniamu
Yang kini
diriku tersesat dalam alammu
Mungkin, ya.
hanya sebatas kemungkinan yang aku punya
Harap, ya.
hanya sebatas harapan yang aku miliki
Saat taksiran
lembut menyapu helai rambutku
Mengusik
jiwa layu tanpa suaramu
Saat
semangatmu ikut membara dan membakar cita-citaku
Menghanguskan
semua ketakutanku
Lewat
jendela malam, aku akan tetap memperhatikanmu
Lewat angin
senja, aku akan tetap menemanimu
Melihatmu
tertawa,
Meskipun
tawa itu tak pernah ada saat bersama
Menantimu
kembali
Dan itulah
harapanku
Bersamamu
untuk waktu yang lama
Walau tidak
untuk saat ini
Namun
wajahmu akan selalu terbingkai dalam hembusan nafasku...
Bireuen, 11
Juni 2016
“Seharusnya
Dimengerti”
Karya :
Muraz Riksi
Aku yang
sudah bercerita panjang lebar
Hanya
bermaksud sekedar memberi kabar
Dalam
perjumpaan ini telah tergambar
Hatiku yang
masih mencoba bersabar
Seharusnya
engkau dapat mengerti
Tak perlu
untuk ditanyakan lagi
Tentang aku
dan seorang puteri
Yang telah
menjauh dan pergi
Aku tak
mengharapkan ibamu
Tak juga
meminta bantuanmu
Mengapa
engkau masih menekanku
Seakan
semuanya menjadi permainan waktu
Kejujuran
telah aku sampaikan
Namun engkau
marah dengan sebuah alasan
Katamu, aku
yang mengabaikan
Aku yang
melakukan penghapusan
Sadarilah,
ini bukan seperti pikirmu
Jalan
hidupku tidak searah denganmu
Engkaulah
yang sudah membodohiku
Dengan
mengajakku masuk dalam rasamu
Waktu yang
masih berputar
Engkau
berikan sakit yang terus bergetar
Lewat
dinding yang berbentuk datar
Engkau
titipkan perih pada alam bawah sadar...
Bireuen, 11
Desember 2015
"Asa
Dalam Menemukan Cinta"
Karya :
Muraz Riksi
Cinta,
sejauh mana engkau akan bernestapa?
Diantara
jalan mana engkau akan memulainya
Tersentak
langkah padamu
Saat pertama
melihat senyum rindu
Cinta,
sejauh mana engkau akan mengembara?
Membawa luka
yang tak sembuh oleh masa
Haruskah aku
menangis dalam bahtera?
Menjalani
cerita yang belum berujung jua
Keheningan
merasuk hati
Jauh menempatkan
diri
Memikirkanmu
yang terus ku nanti
Dalam jejak
yang penuh misteri
Asaku
mendengar panggilmu
Mendekat dan
serasa begitu erat
Cinta,
izinkan aku bersua
Aku akan
menyayangi sampai tua...
Bireuen, 13
Desember 2015
"Bertanya
Dalam Sapa"
Karya : Muraz
Riksi
Ternyata
malam sudah terlihat tua
Dalam
keramaian mereka ikut bersua
Sunyi senyap
yang semakin larut
Hingga rasa
takut tak kunjung surut
Menahan
rasa, aku sungguh tak kuasa
Hati yang
terus berkata, biarkan lisan yang leluasa
Dalam nadi
mengalir sedikit asa
Akan cerita
nestapa yang menyiksa
Bila sapamu
adalah bahagiaku
Sesaat
terwujud dalam ceritamu
Suara
sendumu bagaikan nafas rinduku
Andai saja
engkau mampu mengutarakan isi hatimu
Aku pun tak
kan bertanya
Lukisan awan
akan ku beri makna
Birunya
langit laksamana
Rindang
pepohonan jadi lukisannya
Salahkah
pada perkenalan ini
Hanya
melihatmu di tempat sunyi
Terus
bersembunyi
Memperhatikan
pandangan yang terus menanti
Kerap
kebingungan mengusik diri
Kala
memikirkan siapa dirimu?
Mungkinkah
engkau adalah isi dari kosongnya hatiku?
Lalu
bagaimana dengan mereka?
Apakah restu
akan ada padaku?
Sungguh aku
bertanya dalam sapamu...
Bireuen, 15
Desember 2015
“Mengerti,
Ketika Jadi Inginku”
Karya :
Muraz Riksi
Aku selalu
memintamu untuk mengerti
Mengharapkan
kepadamu untuk memahami
Akan segala
kehidupanku
Juga setiap
langkah waktu yang bernaung dalam hari-hariku
Adakah
engkau menuntut hal yang sama kepadaku?
Tidak, aku
yang terlalu egois terhadapmu
Tak
sedikitpun aku mengerti waktumu
Tak
sedikitpun aku memahami kesedihanmu
Aku yang
terlalu serakah oleh satu mimpi
Hingga
melupakan pahitnya rasa sepi
Mungkin
keadaan telah mengendaraiku ke ujung tepi
Seketika
penyesalan datang menghampiri
Menyerah,
itu kata yang tidak akan aku ikuti
Memperjuangkan
kasihmu adalah isi hati
Dalam segala
ujian yang harus ku lalui
Dirimu yang
selama ini aku nanti
Sampai
hayatku diakhir nadi
Karena
bahagiamu adalah cita-cita yang suci
Sebagaimana
janji dari laki-laki sejati...
Bireuen, 31
Maret 2016
"Air
Mata Bisu"
Karya : Muraz
Riksi
Perasaan
yang terbalut gelisah tak menentu
Hanya
kesedihan yang membelenggu jiwamu
Akan
nasehatku kala itu
Sungguh aku
tak bermaksud begitu
Sudah 3
malam tubuh lelah bak sang paku
Tanpa
kelelapan malam yang menemaniku
Wajah kusut
tak terelakkan kaku
Saat
melanjutkan pekerjaanku
Hati yang
gelisah tak menentu
Tentangmu
yang seakan menjauh dariku
Aku
menyadari telah ada dinding semu
Telah
tersadari kata-kataku menyakitimu
Air mata
yang terus menetes
Membasahi
sajadah tempat sujudku
Mengingat akan
kesalahanku
Yang pernah
mengusik jiwamu
Sejak aku
merasakan jauh darimu
Senyummu
juga menghilang dari tatapku
Tak dapat
menahan perih menusuk qalbu
Tak dapat
tertidur dalam sepiku
Hanya
pikiran yang merasupi mimpiku
Maafkan
kekhilafanku
Aku akan
kembali mencoba tidur meskipun tak mampu...
Bireuen, 11
Januari 2016
"Senyummu
Hilang"
Karya :
Muraz Riksi
Aku tidak
begitu paham dengan perasaan ini
Apakah ini
perasaan takut?
Takut tidak
lagi melihat senyum di wajahmu
Takut tidak
lagi mendengar suara tawamu
Jalanmu
begitu dingin
Sangat
dingin, bahkan tak ada sapa hangatmu lagi
Aku tidak
begitu mengerti dengan inginnya hati
Yang ku
tahu, aku hanya ingin kamu yang dulu
Yang selalu
ku dengar tawa lucu itu
Yang selalu
ku lihat senyum manis itu
Aku bingung
dengan hatiku
Mungkinkah
ini yang disebut perasaan?
Perasaan
naif ingin memiliki senyum di wajahmu
Atau mungkin
ini juga benih-benih rasa sayang?
Ku ingin
dapat habiskan waktu bersamamu
Menikmati
bahagia mewarnai setetes rindu
Menggenggam
tanganmu dalam perjalanan hidup terakhirku
Ku ingin
begitu...
Beng Kupi, 11 Mei 2018
***
Demikian puisi karya Muraz Riksi yang dikirim oleh penulis untuk dimuat dalam web ini.
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...
Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi
Post a Comment