Cerpen Romantis Terminal Cinta Karya Mukhlis Juang

Table of Contents
Cerpen Romantis Terminal Cinta Karya Mukhlis Juang

Cerpen Terminal Cinta Karya Mukhlis Juang

Aku tidak pernah berpikir kalau hidupku masih bisa bernafas setelah kecelakaan tabrakan mobil yang membuatku koma selama 1 bulan lamanya. Suamiku Castian berkata padaku, bahwa Tuhan masih sangat mencintaiku sehingga ia memberikan aku satu kehidupan baru dalam hidupku. Selama proses pemulihan aku hanya bisa duduk terbaring di kursi roda untuk melakukan aktifitas, sebagai anak tunggal satu-satunya dalam keluargaku, ayah dan ibu sangat mencintaiku.

Hidupku terlahir dengan kekayaan berlimpah, Suamiku tampan Asal palestine dan sejak kecil aku terbiasa dimanjakan sebagai anak orang kaya. Aku bersekolah di Berlin saat lulus dari SMA dari Banda Aceh, menjadi orang kaya tidak membuatku dapat memiliki sahabat karena sifatku yang pendiam terlebih kata ibu sejak kecil aku mempunyai jantung yang lemah. Tidak heran mereka selalu mencemaskan keadaanku yang tidak pernah aku pikirkan, lucunya aku baru tau jantungku membusuk saat kecelakaan itu terjadi.

Aku duduk di teras rumahku yang menghadap ke laut Lhoknga dan memilih tempat itu sebagai masa penyembuhan dan rehabitasiku. Suamiku sedang membuatkan aku segelas susu dan aku tanpa sengaja melihat sebuah buku novel tergeletak di meja teras, mungkin saja Suamiku baru membacanya dan menaruhnya disana. Aku membuka lembaran itu dan terselip sebuah foto antara aku, Suami dan seorang sahabat yang telah lupa dalam ingatanku bernama Fernando.

Bukankah ini foto saat kami berada di Berlin, Fernando berkerja sebagai pelayan kafe dan saat itu aku, Suamiku dan dia berfoto bersama saat berdiskusi.Suamiku datang dan menghampiriku sembari meletakkan segelas susu di meja.

“ Mengapa foto ini ada disini sayang?” tanyaku

Suamiku terkejut, mungkin karena ia takut gambar itu membuat aku teringat masa lalu.

“ Maaf aku tidak sengaja menemukan novel itu dari kiriman pos seseorang dan ketika membukanya terdapat foto kita semasa kuliah.”

Aku terdiam,Suamiku langsung seperti salah tingkah.

“ Ngomong-ngomong sekarang dimana Fernando, bukannya terakhir kita masih melihatnya saat bulan madu di Vienna?”

Suamiku terdiam, suara telepon tiba-tiba bordering dan dia langsung meminta izin untuk mengangkat. Aku hanya bisa mengenang foto kenangan itu, Fernando adalah sahabat pertama yang menjadi temanku saat aku nyaris mati karena kedinginan terserang hujan deras, ia bukan laki-laki beruntung seperti hidupku. Bahkan untuk menyambung hidupnya ia harus bekerja sebagai pelayan restorant, aku berterima kasih padanya karena berkatnya aku masih bisa hidup sampai detik ini.

Berkatnya juga aku bisa mengenal Suami yang kucintai saat ini, persahabatan kami baik-baik saja hingga sebuah tragedy terjadi dalam hidup kami. Suatu ketika semua orang mempergujing aku di kampus dan mengatakan aku seorang Suka selingkuhan karena terlalu dekat dengan Fernando. Terang saja aku marah, kami dekat karena dialah satu-satunya sahabatku di Berlin dan aku bahkan rela menghajar orang-orang yag menjelek-jelekkan sahabatku itu. Tapi pertanyaan it u terus menghantuiku, sebagian dari sahabatnya memang pernah berbisik kalau kalau aku itu tukang selingkuhan tapi crantie tidak pernah mengatakan begitu walaupun mereka sudah mengenal sebelum hadirnya aku.

Tapi hidup memang pahit, di mataku sendiri Fernando berciuman dengan sahabat wanitanya. Aku hancur dan malu memiliki sahabat seperti dia, ada yang aneh ketika melihatnya berbuat demikian. Berlin memang kota bebas Ciuman atau apalah, tapi tidak buat aku. Aku melupakan semua kebaikan yang pernah dia berikan padaku, jijik rasanya aku melihat monster itu hidup bersamaku selama ini. Aku tau Fernando melihatku memergokinnya saat itu, ia panik dan meminta maaf karena selama ini tidak jujur dengan statusnya, hal terakhir yang kudengar dari mulutnya adalah

“ Aku Playgirl, tapi aku bukanlah monster yang ada disampingmu selama ini. Bagiku siapapun boleh menganggap aku manusia hina tapi janganlah kau sahabatku, karena kaulah satu-satunya sahabat dalam hidupku yang yatim piatu tanpa siapapun”

Aku tidak tergoda oleh kalimat itu walau terasa menyedihkan, kutinggalkan Berlin saat itu juga dengan membawa Crastien pindah ke Cordoba. Aku tau Crastian ingin menyarankan aku untuk menerima kenyataan tapi hatiku membeku dan tidak sudi memiliki sahabat gila dan berciuman sembarangan dengan wanita lain. Sejak saat itu aku tidak pernah melihatnya seperti yang aku katakan sebelumnya kami kembali bertemu saat aku sedang berbulan madu bersama  Suamiku tepatnya 3 tahun setelah kami berpacaran di sebuah restorant mewah ketika Fernando mulai menjadi koki di restorant itu.

Aku sadar ini saat terakhir aku berjumpa dengannya, karena aku akan kembali ke Indonesia. Saran Suamiku padaku untuk setidaknya mengucapkan kata perpisahan dengannya aku turuti, aku pun mengundangnya minum kopi bersama sebagai sahabat lama walaupun dihatiku tidak pernah mau memaafkan statusnya sebagai pria aneh. Kami bicara seadanya tentang hidup kami , dia mengucapkan selamat atas pernikahan kami. Dan kami pun berpisah, ketika pulang aku tidak mengingat semuanya selain sebuah mobil menabrakku dan aku pun koma hingga tidak sempat mengingat Fernando.

Suamiku kembali, dengan wajah sedikit senduh dia duduk disampingku.

“ Sayang, sebenarnya apa yang kamu pikirkan tentang foto itu”

“ Tidak ada selain pertanyaan kemana Fernando saat ini?”

Suamiku menunduk sambil berkata “ Dia ada disini..”. Aku menjadi bingung,

“ Maksudmu apa?”

“ Fernando tidak akan pernah ada di dunia ini lagi, tapi dia akan selalu ada di sini, tepatnya di jantung yang kamu miliki saat ini.”

“ Aku tidak mengerti maksudmu?”

Suamiku menangis sambil bercerita, disaat-saat terakhir usai kecelakaan terjadi. Orang yang membawaku ke rumah sakit adalah Fernando, Dokter mengatakan bahwa jantungku sudah tidak berfungsi. Aku hanya memiliki waktu sedikit untuk tetap hidup dan Dokter menyarankan Fernando mencari donor jantung. Suamiku Crastie begitu terkejut dengan berita kecelakaan itu, ia menangis disamping Fernando. Tidak mungkin mencari jantung yang tepat dalam waktu saat kondisi kritis seperti ini.

” Fernando, sebentar lagi akan  punya anak dan menjadi seorang ayah, aku tidak lagi sanggup bila anak dan istriku pergi begitu saja..” ujar Crastien.

Fernando tersenyum dan berkata“ Percayalah kalau aku akan tetap hidup disamping kamu untuk selamanya”

Itu lah kata-kata terakhir dari Suamiku, Fernando mendekat pada Dokter dan berkata ia mau mendonorkan jantungnya padaku. Dokter terang saja menolak keinginan Fernado karena tidak ada hukum yang mengizinkan orang sehat untuk berbuat demikian. Fernando tidak putus asa, baginya hidupnya yang sebatang kara tidak akan memiliki masa depan terlebih tak akan ada seorang pun yang peduli padanya. Ia dengar kalau hanya orang yang sekarat boleh mendonorkan dirinya, sahabatku melakukan tindakan bodoh.

Sesaat sebelum kematiannya ia menelepon Dokter dan mengatakan bahwa seseorang donor yang bersedia menyumbangkan jantungnya. Dokter bertanya siapa orang itu ! dengan tersenyum dibalik telepon Fernando berkata “ Saya menunggu anda di belakang rumah sakit, jantung ini hanya bisa bertahan selama beberapa saat, saya mohon Dokter kemarilah dalam waktu 10 menit.” Dengan berani Fernando menabrakan dirinya pada sebuah truk yang lewat, dia mengorbankan dirinya untuk menjadi donor dalam keadan sekarat.

Crastian  menerima kabar itu usai operasiku berjalan lancar saat itu ia hendak bertanya sosok donor yang menyumbangkan jantungnya dan berpikir untuk mengucapkan terima kasih pada keluarga, Dokter mengatakan sang donor adalah Fernando. Crastian tidak mungkin mengatakan kejadian itu padaku, ia hanya ingin menunggu saat yang tepat dan saat inilah aku tau. Aku hanya bisa menangis diatas makam sahabatku. Ntah bertapa bodonya aku tidak pernah mengerti arti sahabat dalam kehidupanku. Kalau saja saat itu aku memaafkan apa yang terjadi mungkin tidak akan ada penyesalan dalam hidupku.

“ Dia sahabat yang tidak hanya menolong hidupku satu kali tapi dua kali, bukanlah dia yang seharusnya meminta maaf tapi akulah yang meminta maaf tidak pernah mengerti bertapa dia adalah sahabat sejati dalam hidupku, aku terlalu egois mengatakan bahwa dia playboy aneh dan dia adalah petaka dalam hidupku. Mungkin kata dia terakhir padaku tidak akan pernah terlupa dalam ingatanku, ia memang playboy tapi ia bukanlah monster yang akan mencintai sahabatnya sendiri.” Aku menyesal dan rasanya ingin kuulang lagi waktu ini.

TAMAT

*** Demikian cerpen karya Mukhlis Juang yang dikirim oleh penulis untuk dimuat dalam web ini. 

(Catatan Penutup)

Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...

Post a Comment