21+ Puisi Kehidupan Sehari-Hari "Teman Bukan Sahabat" Puisi Jendra A. Puisi Kecewa Singkat Penuh Makna

Table of Contents


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam kopi pahit...
Puisi merupakan ungkapan perasaan yang menggambarkan tentang cinta, kehidupan, bahagia, sedih, rindu dan alam. Oleh karenanya pada postingan ini, admin ingin membagikan Puisi Kehidupan Sehari-Hari karya Jendra A. 

Dalam hal ini admin menekankan bahwa sumber tulisan dan hak cipta sepenuhnya milik penulis. Selamat membaca!.

Profil singkat penulis :
Facebook 
(Jendra A.) Zyandra Rizky

Puisi Sampah Kata
Sumber Gambar : Pixabay.com


"GUBUK TUA"

 Karya Jendra A.


Dulu kita hidup bersama

Menangis dan tertawa.

Kini tinggal sebuah cerita

Karena aku tak tau di mana rimbanya

Gubuk tua menangis, merintih dimakan rayap.

Memanggil lirih namaku

Mengiris hati, bagai disayat sembilu.

Desah angin malam di pepohonan

Alunan musik di malam sahdu.

Ranjang pun bertanya, kapan malam akan berlalu?

Dinginnya malam tanpa diriku.

Gelapnya malam sepekat rindu yang telah membeku.

Entah kapan akan mencair.

Rindu semakin berat bahkan berkarat

Aku tetap berharap

Masa itu akan datang.

Harapan, tinggal harapan

Gubuk tua tinggal kenangan.

Terpatri indah dalam ingatan.



"HARAPAN"

Karya Jendra A.


Hidup adalah misteri, penuh teka-teki

Aneka warna dan rasa

Tersaji rapi dalam rahasia Ilahi

Kita seperti orang buta

berjalan dalam kegelapan

hanya bisa menerka dan meraba

Tanpa bias cahaya yang memberi tanda

Yang bisa menuntun kita..

Aku tetap  melangkah, melewati jalan berliku

Penuh lumpur, debu bahkan berduri

Aku menangis meminta

Tapi bukan peminta-minta.

Aku rela dipandang hina

Asalkan tidak hina di mataNya

Dalam keluh kesahku

hanya padaMu, Aku mengadu.

PadaMu jua

Ku gantungkan harapan dan impian

Aku tak meminta pada sesama

Karena takut kecewa

Pintaku sederhana

harapan semua manusia

Bahagia dunia Dan akhiratnya.



"RAHASIA"

Karya Jendra A.


Matahari pagi memancarkan sinarnya

Tersenyum hangat membakar kulitku

Seakan mengejek ku penuh makna.

Ku buka jendela kamar

Tercium aroma khas yang mengoda selera

Ku teguk segelas air putih, pelepas dahaga.

Kucari sumber aroma

Kucari dirimu Ibu

Namun tak ku jumpai

Hatiku lirih, begitu perih

Aku menangis seorang diri

Karena itu hanya halusinasi

Ibuku tiada lagi.

Ibu..

Kemana lagi aku mengadu, ketika rindu mendera ku

Aku rindu belaian mu

Aku rindu kasih sayang mu dan

Aku rindu masakan mu

Meskipun sederhana, dengan bumbu seadanya begitu lezat dan nikmat di lidahku

Terima kasih Ibu.

Kau ajari aku rahasia masakan mu

Pengobat rindu, pelipur laraku.



"KECEWA"

 Karya Jendra A.


Hamparan padi di sawah yang menghijau bak permadani.

Kicauan burung di pagi hari

bagai melodi penghibur hati.

Gunung yang menjulang tinggi.

Suara ombak yang berkejaran di tepi pantai.

Begitu indah dan asri, seindah harapanku

Menimbulkan rindu yang membiru.

Disana dulu kita menabur janji

Disana kita menebar mimpi.

Tentang masa depan

Tentang hari tua

Tak pernah terpikirkan, badai derita datang melanda.

Meluluh lantakkan harapan kita.

Menghancurkan kisah cinta masa remaja.

Kini..

Disini mengukir sepi.

Penuh derita dan prahara.

Sedih dan kecewa berbaur menjadi bencana.

Kerasnya hidup yang ku derita.

Terkadang ingin kuakhiri saja.

Namun tatapan nya membuat ku tak berdaya.

Kakiku tak mampu melangkah

lunglai tak bertenaga.

Mulutku tak mampu bicara

Seakan terkunci rapat tak bersuara.

Terkadang ku berfikir

Ini salah siapa?

Hidup ku tak seindah harapan ku

Semua sia-sia belaka.



"BANGKIT"

 Karya Jendra A.


Andai ku punya sayap

Ku akan terbang mengitari angkasa

Meninggalkan semua keluh kesah

Membebaskan jiwa dari prahara.

Akan ku taklukkan gunung yang menjulang tinggi.

Akan kuseberangi lautan luas.

Akan ku gengam Dunia.

Akan ku taklukkan kesombongan dan keangkuhan.

Agar tak adalagi tahta yang merajai.

Akan ku patah kan tiang penyangga istana. Agar semua rata.

Sudah terlalu lama jadi sahaya di Kerajaan tanpa nama.

Sudah saatnya bangkit.

Melepaskan diri dari belenggu

Kesengsaraan.

Mengapa harus takut?

Kita punya hak yang sama

Takutlah pada Sang Pencipta.

Tak perlu mengungkit yang lama.

Semua akan menerima karma atas perbuatannya.



"ANGIN"

 Karya Jendra A.


Angin..

Hembusan mu buatku terlena

Tertidur pulas,di buai kesejukan

Tanpa sadar gejolak dunia

Yang semakin tak karuan.

Kuhirup  ke dalam paru-paru

Memompa darah yang mengalir di tubuh ku

Kau beri kehidupan pada semua insan.

Kala amarah memuncak

Emosi meletup letup

Bagai bom yang siap meledak.

Kau muntah kan bagai lahar merapi

Yang siap meletus.

Kau terbangkan segala angan

Kau hancurkan segala harapan

Kau gulung ombak

Kau sapukan badai hinga sunami

Kau hempaskan puting beliung

Tak ada yang mampu menjinakan nya

Yang ada hanya jerit tangis kesedihan dimana mana.

Entah kenapa amarah meledak

Apa karena manusia kufur.

Yang tak bersyukur.

Merusak alam semena-mena

Tak peduli keseimbangan alam Semesta.

Angin sumber kehidupan

Juga petaka yang datang tiba-tiba

tanpa prediksi atau pun teori.



"BADAI KEHIDUPAN"

 Karya Jendra A.


Mendung di langit menutupi indahnya langit biru.

Mentari pagi sembunyi dibalik awan hitam.

Wahai sang bayu, sibakkan awan yang bergelayut di atas langit.

Agar tak menutupi indahnya langit dan

Sinar mentari pagi.

Biarkan sinarnya menyentuh raga

Hangat kan jiwa dalam nestapa

Jiwaku lara bukanlah karena cinta

Tapi karena keadaan yang memaksa.

Diterpa badai kehidupan yang melanda.

Tangisan dari bibir mungil mu

Membuat ku hampir tak percaya.

Atas garis tangan yang telah dituliskanNya.

Uluran tangan kecilmu

Tangisan mu menyayat hatiku.

Tak mampu kutepis.

Ada kepedihan yang ku sembunyikan

Kalian masih terlalu dini

untuk memahami semua ini.

Mulutku tak mampu berkata

seolah terpasung oleh keadaan.

Bibir ku bergetar tersenyum menyembunyikan kepedihan

Lidah ku pun kelu.

Segala cara telah kucoba

Tapi Dia-lah punya kuasa

Penentu segalanya.



"HATI YANG TELAH MATI"

 Karya Jendra A.


Ketika melihat gerombolan semut

Hatiku tersenyum kecut

Mereka begitu bahagia.

Selalu bersama.

Saling bercengkrama, bertegur sapa

Mereka tidak angkuh.

Begitu jauh dengan pribadi manusia.

Pada zaman yang semakin gila.

Mereka saling tolong menolong.

Tapi manusia

Melenceng terlalu jauh

dari sifat gotong royong yang ditanam kan nenek moyang kita.

Terkadang datang ketika butuh.

Acuh saat di butuhkan.

Yang lemah di manfaatkan.

Harus nya mereka malu pada semut.

Yang tak pernah dianggap

Bahkan di cap sebagai benalu.

Setidaknya semut lebih terhormat dari pada penjilat

Yang hanya pintar bersilat lidah dan berdebat.

Bukan kah manusia di bekali dengan akal

Di ciptakan lebih sempurna.

Mengapa hati mereka keras bagaikan batu?

Apa karena dinodai oleh tinta hitam kehidupan.

Mementingkan ego diri dari perasaan

Ataukah nurani yang telah mati

Terlindas roda kehidupan di hitamnya Aspal jalanan.

Tanpa sadar mereka menjadi onggokan

sampah yang tak berguna.

Tak di acuh kan.

Menjadi karma bagi diri mereka



"NIKMATNYA BERBAGI"

 Karya Jendra A.


Berpijak di bumi dan di payungi langit yang sama.  

Tapi punya pandangan hidup yang tak sama.

Garis tangan dan takdir yang berbeda.

Bagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.

Terlihat nyata, kesenjangan ekonomi Negara kita.

Tuan, yang begitu gagah dengan baju berdasi.

Hidup diistana megah

Dengan harta berlimpah.

Pernahkah..Tuan ?

Mendengar jerit tangis mereka yang kurang beruntung.

Tuan tak akan pernah merasakan kebahagiaan.

Tuan terlalu sibuk dengan urusan dunia wi.

Mengejar popularitas dan di perbudak oleh ambisi.

Apa yang Tuan cari?

Kebahagiaan terletak pada hati

Bukan karena harta yang berlimpah atau pun tahta.

Cobalah untuk merenungi

Tuan tidur diranjang emas

Dengan perut kenyang. Sementara mereka tidur beralaskan koran

dengan perut kosong.

Jika Tuan masih punya hati

Pasti bisa melihat dan mendengar Ratapan

Tangisan mereka yang mengharap belas

Kasih dari tuan

Meskipun hanya dengan sepotong Roti

Rasakan dengan hati, tatap mereka dengan mata hati

Disitu ada kebahagiaan yang tuan cari

Nikmat nya berbagi.

Bahagia itu sederhana

Takbisa dinilai dengan materi yang Tuan miliki.

Hanya bisa di rasakan disini

Di hati kita...



"DUNIAKU"

 Karya Jendra A.


Di tengah hingar bingar

Lautan manusia.

Aku terasing, terdampar

Dunia ku bukan dunia mereka

Bagi mereka aku tak berarti

Pemilik angan yang tak berguna

Aku tak peduli di pandang sebelah mata aku tak peduli di cela bahkan di hina

Mereka bilang, si Ratu halusinasi yang tak pantas di hormati.

Aku tak butuh di kasihani.

Aku hanya ingin di hargai.

Aku juga punya harga diri

Aku punya hati nurani. 

Di sini..

Di dunia ku,  kutemukan bahagiaku

Ku curahkan suka duka ku

Ku hempaskan  beban hidup ku

Di sini..

Ku temukan kedamaian jiwa.

Yang tak bisa di lukiskan

dengan kata-kata.

Kebahagiaan yang tak pernah mereka

rasakan.

Karena Dunia ku bukan Dunia mereka



"KEJUJURAN"

Karya Jendra A.


Senandung malam mengisi

Kesunyian jiwa.

Hanya suara binatang malam dengan

Iklas menyumbang kan suara indahnya

Tanpa pamrih.

Hatiku perih

Ku layangkan pandang di tengah malam

Sepi.

Gelap gulita, gambaran hatiku saat ini.

Tanpa bintang dan rembulan yg menyinari.

Jiwaku resah

Mataku tak bisa terpejam

Hatiku berontak

Kenapa aku begini?

Mengapa ini terjadi ?

Hidupku bagai drama

Ku jalani menurut alur

Walau terkadang tak mampu ku cerna

Skenario yang telah di atur

Sang Pencipta.

Ada tawa juga air mata.

Terkadang aku bahagia

Adakalanya menderita

Terlalu sulit untuk di pahami

Namun harus ku jalani.

Terkadang di luar kuasa ku

Tanpa sadar ada yang tersakiti.

Jika kebohongan suatu kesalahan.

Kejujuran pun tak luput dari kemarahan.

Kebohongan sangat di benci

 Kejujuran pun tak jarang

Menimbulkan kebencian.

Kejujuran itu mahal tak bisa dinilai dengan angka

Butuh keberanian untuk jujur

Tapi jujur lebih baik

Meskipun pahit.

Cikarang, 08 November 2020



"NUANSA CINTA"

 Karya Jendra A.


Aku bukan sang pujangga

Yang pandai merangkai kata.

Aku manusia biasa

Yang jauh dari kata sempurna.

Nuansa cinta

bergelora

Menerangi alam semesta.

Ketika terlahir ke dunia

diriku yang tak sempurna.

Itulah cinta Ayah dan Bunda.

Malam gelap yang sunyi

diterangi cahaya yang hakiki.

Cahaya cinta llahi.

Saat hati tak tenang

Kuhadapi dengan senyuman

dicaci-maki ku tak peduli.

Demi cinta llahi

Kebahagiaan dunia hanyalah semu

Banyak manusia tertipu

Godaan setan yang merayu

Terbuai oleh hawa nafsu.

Aku hanya ingin kita bersatu

Tanpa menilai kekuranganku.

Terimalah aku tanpa ragu

Agar jiwaku lepas dari belenggu…



"DESAKU TAK HIJAU LAGI"

 Karya Jendra A.


Semilir angin membelai lembut wajahku.

Ombak  menjilat kakiku di bibir pantai.

Tak terasa butiran bening mengalir di sudut mataku.

Aku sendiri berteman sepi.

Dimana langit biru tanpa polusi?

Embun pagi pun tak ku jumpai.

Dimana orang yang kukasihi?

mereka telah pergi.

Tiada yang mengenalku lagi.

Sawah ladang telah  berganti

Bangunan bertiang besi.

Kicauan burung pun berganti

Kebisingan teknologi.

Desaku tercinta

tak hijau lagi.

Mereka rampas hutan dengan keji

Seolah tak punya hati.

Tanpa peduli reboisasi.

 

"DI UJUNG SENJA"

 Karya Jendra A.

 

Lewat cermin di meja rias

Ku tatap sendu raut wajah

Cahaya itu mulai redup

Kecantikan telah memudar di telan waktu

Senja berlalu malam pun akan datang

Hati ku gamang

Bekalku belum cukup untuk pulang

Masih adakah waktu untuk berbenah? 

Akankah kutemui jalan yang lurus?

Pertanyaan itu datang menghujam ku silih berganti.

Aku takut tersesat di jalan yg berliku.

Aku terlalu sibuk melakoni peran di panggung sandiwara ini.

Tak lama lagi peran ku akan usai.

Aku harus pulang

Siap atau tidak

Kapan dan dimana pun

Aku tak mampu menolak. Aku akan kembali padaNya.

Ragaku akan tersimpan rapi

Hingga tak seorang pun bisa menatap

Hanya namaku yang akan di kenang

Itu pun hanya segelintir orang.

Tiada lagi belaian dan kasih sayang tanpa canda tawa

Tak ada lagi yang menghibur ku

Aku tak butuh apa-apa lagi.

Hanya lantunan ayat-ayat Suci.

Hanya dua kata yang aku pinta "maaf dan ampunan"



"TEMAN BUKAN SAHABAT"

 Karya Jendra A.


Di manakah kau merenda asa.

Di kala aku terpuruk di lembah duka

Sedetik pun kau tak lagi ada.

Untuk menghibur ku ketika lara.

Kau ucapkan kata selalu ada buatku

Tapi apa?  Kau ada hanya saat bahagia

Saat aku terjatuh dan terpuruk kau tak lagi ada

Jangan kan membantu untuk bangkit

Kau hempaskan aku kelembah nestapa

Lihat matahari tak pernah  ingkar janji, selalu setia sampai akhir masa.

Terbit di pagi hari

Kembali  ke peraduan nya menjelang senja.

Betapa aku rindu saat kita bersama

Kini bayanganmu pun tak lagi datang menjelma

Ingin ku hapus jejakmu

Namun begitu nyata.

Harus kah ku kubur paksa?

Harus kah ku cabut sampai ke akarnya?

Karena batinku sangat terluka

Tapi pertanyaan itu sulit untuk di cerna.

Terlalu manis untuk di kenang

Terlalu sulit untuk di lupa kan

Terlalu sakit untuk di renungkan

Kini ku sadari,  pelangi itu indah tapi hanya sesaat. 

Kau badai yang memporak porandakan hidup ku.

Aku yang terlalu polos

Atau terlalu bodoh

Menilai kehadiran mu

Ataukah aku yang terlalu berharap.

Entahlah. .

Belajar untuk memahami. Segala rasa yang kau goreskan..

Semua warna yang kau lukiskan di atas kanvas kehidupan

Membuat ku mengerti

Kau hanya teman bukan sahabat

Yang selalu ada untukku...



"WARNA KEHIDUPAN"

 Karya Jendra A.


Bagai dua sisi mata uang, begitu juga kehidupan.

Hitam dan putih dua sisi yang tak terpisahkan.

Mengapa putih bisa menjadi hitam?

Kenapa hitam tak pernah bisa menjadi putih?

Andai hati manusia

Bisa melihat dan membaca dua sisi kehidupan

Dunia akan damai tanpa pujian dan cacian.

Jika yang suci bisa ternoda

Mengapa noda tak bisa menjadi Suci.

Begitu picik pandangan manusia.

Hanya bisa menilai yang terlihat, membaca yang bisa di baca.

Hanya logika tanpa nurani.

Apa yang terlihat indah belum tentu baik.

Apa yang terlihat jelek  tidak selalu buruk.

Setitik noda menghancurkan kebaikan

Seribu kebaikan tak mampu menghapus noda.

Hanya cinta yang mampu menyatukan.

Hanya cinta yang bisa memberi keadilan

Hitam putih lambang keselarasan

Tak kan terpisahkan

Hanya cinta yang bisa

Menciptakan kedamaian…



"TAKDIR"

 Karya Jendra A.


Begitu dalam perasaan ini. Bergetar hatiku saat mendengar beritamu.

Batinku menangis, lirih teramat pedih        

Mendung bergelayut di wajahku.

Hujan turun membasahi bumi.

Semilir angin tak mampu menyapu sayu di mataku

Air mata mengalir di pipi ku

Hatiku perih bak teriris sembilu. Luka batinku yang teramat dalam

Tuhan..

Kenapa kita dipertemukan. hingga mengukir indah nya cakrawala.

Tuhan..

Kenapa kita harus dipisahkan ruang dan waktu.

Andai waktu bisa ku putar kembali. Ku ingin dirimu ada di sini

Menemani hari -hari ku.

Takdir IIahi tak bisa di pungkiri.

Takdir kita harus berpisah.

Batu nisan yang bisu tlah mengukir nama mu.

Di pusaramu ku titipkan rindu

Dalam doa, ku sebut nama mu.

Di balik senyum ku. Kusimpan duka ku



"CINTA PERTAMA"

 Karya Jendra A.


Malam dingin menusuk kalbu.

Anganku Malayang jauh ke angkasa....

Terbuka kembali tirai Cinta selembut sutra bertahta mutiara.

Ayah.......!

Kaulah Cinta pertamaku. Masih Ku ingat saat kau relakan Aku untuk Cinta Yang lain.

Bibirmu tersenyum, hatimu menangis.

Ayah..........!

Kepergianmu meluluh lantakkan hidupku.

Ayah..

Aku tak sekokoh batu karang.

Tak Setegar  belahan jiwamu. Taksekuat harapanmu.

Ayah.....

Tiada canda tawamu

Tiada belai kasihmu

Namun selalu di hatiku

Darahmu mengalir di tubuhku, hidup di jiwaku. Namamu terukir indah di hatiku.kusebut dalam do'aku.

Cintamu suci Dan abadi.

Takkan terganti...

Ayah........!

Datanglah Walau hanya di mimpi

Agar Aku tegar menjalani hidup. Ajari Aku arti Cinta  dan kehidupan.

Agar Aku bangkit

Menata kembali puing-puing kehancuran.



"KOTA IMPIAN"

 Karya Jendra A.


Berawal dari mimpi. Ku pupuk jadi impian, Ku gantungkan harapan dan angan..

Jakarta lautan mimpi yang tak bertepi.

Ku langkhkan kaki dengan pasti...

Tapi..mimpi hanyalah mimpi tak jua menjadi nyata. Bagai embun menguap di terpa sang mentari. Lenyap Tampa sisa.......

Impianpun tak kunjung jadi Kenyataan

Kotaku yang gemerlap

Kotaku yg tak pernah tidur dari kebisingan mesin dan lalu lalang penduduknya tak lagi memberi harapan

Walau berat langkahku.

Selamat tinggal Kota Ku. Kukubur Segala harapan dan impian.

Kutinggalkan mimpi-mimpi.

Yah......!

Aku Harus mengejar impian Bukan mimpi.

Ku langkahkan kaki dengan pasti.....,!

Sama seperti Aku datang, begitu juga Aku pergi.



"MAAFKAN AKU"

 Karya Jendra A.


Masih adakah hari esok seindah hari kemarin

Ku ingin merangkai kata sejuta makna menumpahkan sejuta rasa

sesak di dada tentang hidup dan kehidupan...

Jika kau terluka bukan Niatku untuk melukai

Melalui tulisan tak bertinta...

melalu kata tanpa suara...

Aku meminta..

Maafkan Aku..!

Jangan pandang Aku dengan matamu...

Pandanglah aku dengan hatimu....

Aku tak Sebaik yang kau fikir... 

Tapi tak sejelek yang kau Kira...

Aku ingin seperti air pemberi kehidupan

Aku ingin seperti pohon memberi kesejukan.... 

Maaf..  

Jika hadirku

Fatamorgana dalam hidupmu..



"LUKA TAK BERDARAH"

 Karya Jendra A.


Ribuan hari telah terlewati...

Pahit Manis kehidupan kita lalui...

pondasi cinta yang tak Kokoh...

akar yang rapuh...

Ranting pun kering dan patah...

Cinta adalah cinta...

Bukan salah cinta...

Tapi ego yg membuat luka...

Kita sama...

Sama-sama sakit dan terluka...

Kita berada di tebing ke hancuran...

Di tepi jurang penyesalan...

Dan...

Terhempas di lembah kedukaan......


***
Demikian puisi karya Jendra .A. yang dikirim oleh penulis untuk dimuat dalam web ini. 

(Catatan Penutup)

Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...

Sampah Kata Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi

Post a Comment