32+ Puisi Islami Ibu dan Ayah Singkat Puisi Untuk Sahabat Puisi Untuk Anak "Sepenggal Kisah Maya" Puisi Rita Mayasari

Table of Contents


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam kopi pahit...
Puisi merupakan ungkapan perasaan yang menggambarkan tentang cinta, kehidupan, bahagia, sedih, rindu dan alam. Oleh karenanya pada postingan ini, admin ingin membagikan puisi cinta romantis karya Rita Mayasari

Dalam hal ini admin menekankan bahwa sumber tulisan dan hak cipta sepenuhnya milik penulis. Selamat membaca!.

Profil singkat penulis :
Facebook Rita Mayasari
Instagram Rita Mayasari

Puisi Sampah Kata Seniman Bisu
Sumber Gambar : Pixabay.com


"KERINDUANKU"

Karya Rita Mayasari

Dingin menelusuri relung hatiku

tatkala kudengar lantunan kalam menjelang subuh..

Ada rasa yang berkecamuk..

Campur aduk..

Ada cinta yang teramat sangat yang tak bisa kulukiskan..

Ada kesedihan yang tak mampu kujabarkan..

Ada ketakutan mencengkam yang tak mampu aku jelaskan..

Ada cemas yang tak bisa ku artikan...

Kadangkala aku juga merasa ada rasa yang meledak-ledak di hatiku

karena kerinduan pada kekasihMu Ya Rahman..

Tak jarang pula aku merasa cemburu dengan mereka yang bisa hidup sezaman dengan kekasihMu Ya Rahim..

Berikan aku kesempatan taubat ya Robb..

Berikanlah aku syafaat ya Rasulullah...

Tanjung Pinang KEPRI, Senin/ 29 Juni 2020 04:45 WIB

 

"KUSYUK"

Karya Rita Mayasari

Ketika ku gelar sejadah, nawaitu ibadahku karena Allah..

Namun hati masih saja tunduk pada daulat fana..

Niatku sirna..

Hiruk pikuk dunia tak mudah kulepas bahkan ketika aku bersujud..

Tak jarang aku khilaf pada raka'at..

Kerapkali fikiranku melanglang buana meski bibirku tetap merapal ayat-ayat..

Bahkan terkadang aku sadar ketika ibadahku diakhir tahyat..

Namun begitu khusyuk ketika melangitkan pinta dalam untaian do'a..

Selalu aku berucap takbir, Allahu Akbar..

Menyadari bahwa Allah Tuhanku Maha Besar..

Namun nyatanya ketamakan dan cintaku pada dunia lah yang membuatku gusar..

Terus saja aku membesarkan khayal..

Malunya Aku wahai Robbku..

Semoga masih Kau beri kesempatan dan pertolonganmu, agar iblis dihatiku tak lebih licik dari iblis yang membuat perjanjian denganMu ya Tuhanku...

Tanjungpinang KEPRI, Jumat 04092020

 

"TASBIH KEHIDUPAN"

Karya Rita Mayasari

Ketika itu aku lumpuh, karena badai kehidupan datang menyapaku..

Pemilik takdir mengambil hal berharga yang dipinjamkanNYA kepadaku..

Alunan ayat suci terdengar sayup, meski kidungnya mengitari aku yang bersimpuh dihadapan tubuh kaku itu..

Keangkuhanku rubuh..

Kesombonganku runtuh..

Betapa kecilnya aku ketika malaikat maut memperingatkan aku pada rasa takut..

Mendung menggantung direlung hatiku..

Hujan deras yang bermuara dipelupuk mataku seakan enggan mereda..

Kematian..

Hal yang biasa aku dengar..

Hal yang ku anggap wajar dalam kehidupan..

Tapi kematian yang aku saksikan dihadapanku?

Itu yang pertama kali..

Hari dimana aku melihat pasukan jihad berkabung..

Tak ada ratapan, hanya terdengar lantunan do'a yang dilafazkan berirama dengan isak tangis tertahan..

Selubung duka yang membuka mata..

Bahwa manusia layaknya seutas tasbih..

Menjalani putaran kehidupan, butir demi butir lalu kembali, awal dan akhir ditempat yang berdekatan..

Dari sang Khaliq kita dimulai dengan wujud kelahiran, lalu kepadaNYA pula kita kembali dengan wujud kematian..

Gedung A kantor Gubernur

Tanjung Pinang, KEPRI 8 Juni 2020

 

"DO'A"

 Karya Rita Mayasari

Ku rangkai kisah dalam kasih..

Kasih yang tak terbilang dalam angka, tak tersurat dalam kata, namun tersirat dalam do'a..

Di singgasana hati engkaulah putra mahkota pemegang tahta..

Namun kau tetaplah seorang hamba yang wajib bersujud pada penguasa dunia..

Selamatlah engkau di medan juang kehidupan..

Selamatlah engkau di jalan terang cahaya Tuhan..

Tanjung Pinang KEPRI, Jum'at/ 26 Juni 2020- 20.20 WIB

 

"Sepenggal Kisah Maya"

Karya Rita Mayasari

Dingin mendekap erat tubuhku..

Letih mencumbuku dengan gairah yang membabi buta..

Berselimut sepi namun tak tenang..

Bergumul dengan senyap yang terlarang..

Disini aku terlentang, pasrah pada rindu yang meradang..

Aku pernah berperang dengan hasrat yang menunggangi amarah..

Kini meninggalkan jejak lautan darah yang kering menghitam dihatiku..

Sisa sisa penderitaan yang pernah membesarkan aku laksana anak yang tumbuh tanpa ibu..

Tubuhku terbaring, namun doa dan harapanku masih berkelana, mengembara meski arahku masih terlihat maya..

Tanjung Pinang, KEPPRI 2020

 

"BAPAK"

Karya Rita Mayasari

Lelaki pertama dalam hidupku..

Kulihat sendu tatapanmu ketika Tuhan mendekapmu dalam ujianNYA..

Senyummu tetap meneduhkan meski sakit kau rasakan..

Tak terdengar keluh kesah, meski meringis ketika jarum-jarum itu menembus kulitmu..

Kau bukanlah sosok lelaki yang mendidik dengan lembut tutur, bukan juga sosok ayah yang yang menasehati tanpa pernah membingkai amarah..

Namun dalam kerasnya sikapmu, aku tau ada begitu banyak air mata yang tertumpah dari pelupuk matamu ketika aku terlelap..

Aku tau besar kasih yang tersirat dalam kaku perhatianmu..

Aku tau tak mudah jalanmu untuk mengukir senyum bahagia diwajah kami putri-putri mu...

Aku sangat tau seberapa berat kebencian yang kau hadapi untuk tetap berdiri menjadi penjaga keutuhan kami..

Meski tak mudah, kau tundukkan kepala, menelan kobaran emosi didadamu demi menjaga hati seorang isteri yang selalu kau pertahankan di sisimu..

Kau selalu mengalah, diam pada mereka sang pemilik lidah beranjau, padahal takut bukanlah sifatmu..

Sedikit ledakan marahmu saja mereka anggap kau brutal..

Bapak..

Darimu aku belajar banyak hal..

Tentang memadamkan api dendam ketika kobarannya buas menghitam..

Tentang diam ketika mulutmu mampu meneriakkan ribuan caci maki..

Tentang tenang ketika mengulurkan tangan pada mereka yang seharusnya kau hancurkan..

 

Dan kini ketika kau terbaring menghadapi rasa sakit dengan penuh ketabahan, aku belajar bagaimana caramu mengerti cara Tuhan memberi sedikit lebih perhatian..

Aku belajar tentang keikhlasan tanpa mengucap kata ikhlas..

Tentang keimanan tanpa menunjukkan kepada mata umat, bagaimana hubungan keyakinan kepada Sang penulis takdir kehidupan..

Bapak...

Semoga sakitmu menjadi penggugur dosa..

Semoga keihklasan mu menjadi ridho Tuhan..

Semoga Allah memberimu kesembuhan..

RSUP Tanjungpinang KEPRI, Minggu 23082020

 

"TERKENANG PERISTIWA ITU"

Rita Mayasari

Aku terpesona bait pertama..

Lalu jatuh cinta dibait berikutnya..

Bait ketiga hatiku luluh lantak..

Mataku tak mampu berhenti menelusuri kata demi kata, menjelajahi makna yang tersirat pada tiap kalimat..

Aku tenggelam dalam lautan kekaguman..

Menikmati sensasi memabukkan perasaan yang  bercampur aduk..

Suara hati telah berhenti membaca rangkaian aksara itu, namun fikiran ku tak mampu meninggalkannya untuk sekedar menjadi jejak..

Ku tutup buku agenda berwarna coklat tua..

Lalu aku sibuk menerka-nerka siapakah sang pujangga?

Karena tak kutemukan adanya sebuah nama..

Ku buka kembali buku itu, ku teliti lembar demi lembar..

Ohh.. aku melewatkan sesuatu..

Terdapat tulisan singkat berisi curahan hati..

Tertulis lengkap dengan tanggal, bulan dan hari..

Ada tandatangan yang begitu akrab dan kerap kulihat tiap ku buka raport ku..

Tersemat manis nama ayahku dibawahnya..

Puisiku pun bermula dari peristiwa itu..

Tanjungpinang Kepri

Kamis, 20122020

08:27wib

 

"Wanita Itu"

Karya Rita Mayasari

Ku tatap wajah lelah wanita paruh baya itu..

Senyuman tulusnya tak lekang termakan usia..

Meski keriput diwajahnya mulai membentuk guratan abstrak, dia tetap terlihat mengagumkan layaknya lukisan indah dihatiku..

Wanita yang tak pernah lelah menuntunku untuk melangitkan cinta, bukan sekedar pinta kepada Robb ku..

Wanita yang do'anya bak pusaka sakti yang kuyakini kekuatannya sanggup menembus langit..

Wanita yang kalamnya adalah sabda yang tak berani ku durhakai..

Wanita yang Allah muliakan dengan gelar ibu yang tersemat..

Wanita itu adalah ibuku..

Meski kini aku pun seorang ibu, namun tak kan mampu aku menjadi sosok sempurna sepertimu wahai ibuku..

Tanjung Pinang, Kepri 1 Juni 2020

 

"Jejak"

Karya Rita Mayasari

Katanya, kamis selalu manis..

Namun mendung menggantung membuat semesta terlihat murung..

Disini aku menyulam benang merah kehidupan..

Merajut asa dalam hamparan permadani kenyataan..

Terlintas lapisan demi lapisan gambaran yang pernah menjadi rangkaian kisah..

Jauh...

Dimasa lampau, yang membuat segala cerita diberi nama, Kenangan..

Pernah aku tersesat dalam rimba ketidakberdayaan, menelusuri labirin yang penuh perangkap yang menghancurkan..

Sayup terdengar rintihan wanita di sepertiga malam dalam munajat tanpa isyarat kekecewaan, hanya terdengar nada-nada yang mengalun indah ikhlas penuh pasrah..

Cahaya terang menerpa  jalan hitam yang gelap suram..

Silau..

Membuat bening-bening kristal itu meleleh menjadi aliran sungai dari muara pelupuk mata..

Uluran jari-jemari bidadari jelmaan dari wujud kasih Tuhan meraihku..

Mendekap tubuh yang seakan akan tinggal raga tanpa jiwa..

Hangat...

Begitu hangat..

Sesosok titisan bunda hawa yang diberi gelar sakral nan suci..

Menuntunku menuju taman firdaus dalam teduh naungan iman..

Terimakasih... ibu...

Tanjung Pinang KEPRI, Kamis 25 Juni 2020/ 15.00

 

"Lelaki Kecilku"

Karya Rita Mayasari

Lelaki kecilku..

Dengan cinta dan semangat terakhir yang tersisa dari kekuatan yang kupunya..

Sembari berdoa tanpa suara pada Robb ku, hatiku berkata..

Tuhanku..

Berikan kesempatan kepada pejuang islam ini untuk mengarungi dunia..

Dan jika ini adalah waktunya aku kembali padamu, jadikan sakit ini sebagai jihadku..

Lelaki kecilku..

Tangisan pertamamu kudengar sayup bersama ruhku yang serasa beranjak pergi ketika itu..

Diantara nafasku yang perlahan merangkak satu demi satu..

Ku batinkan rasa syukur, hingga perlahan pandanganku mengabur..

Tiada cahaya..

Tiada warna..

Tiada suara..

Seakan aku mengambang diruang hampa...

Hingga perlahan kudengar jerit tangismu, dan panggilan ayah serta nenekmu yang berbaur antara cemas dan doa..

Lelaki kecilku..

Atas izin sang pemilik takdir, aku kembali...

Lelaki kecilku..

Tumbuh besarlah engkau dengan cahaya keimanan..

Jangan jual keyakinanmu dengan kebahagiaan apapun yang dijanjikan dunia..

Lelaki kecilku..

Padamu kuselimuti do'a..

Padamu kutitip asa..

Tanjung Pinang, Kepri 2 Juni 2020

 

"Sajak Kerinduan"

Karya Rita Mayasari

Puteraku..

Hari ini kita bersua dengan aroma rumput dan tanah lembab perkebunan..

Esok kita bertamu ke pesisir..

Ibumu merindukan kidung ombak, yang menyenandungkan lagu cinta kepada sang pantai..

Perlahan kita bebaskan diri dari belenggu kecemasan..

Kita bunuh rasa takut yang mengakar, sebelum ia tumbuh menjadi hutan angker yang mencekam dalam fikiran..

Semoga ada pelangi yang membuat indah kehidupan, setelah wabah corona menaungi kita laksana awan hitam..

Tanjung Pinang, KEPRI 13 Juni 2020

 

"LUKA TAK BERDARAH"

Karya Rita Mayasari

Luka Tak Berdarah

Pilu hingga terasa begitu ngilu batinku..

Andai kesedihan ini belati, pasti hatiku telah hancur bersimbah darah..

Sembilan bulan sepuluh hari dalam satu tubuh, menghadapi terjangan badai kehidupan tak membuatku rapuh..

Karena begitu besar harapanku mendengar tangis pertamamu..

Betapa banyak mimpi yang aku semai untuk melintasi waktu yang membentang dihadapan kita nanti buah hatiku..

 

Tangisan pertamamu pun menjadi tangis bahagia pertamaku..

Kau adalah cinta pertamaku, melebihi cintaku pada siapapun ketika itu..

Tubuh mungil, paras elok, laksana bidadari penyejuk mata dan hati..

Seketika aku melupakan sakit yang tak bisa ku gambarkan selama dua hari kau menelusuri jalan mencari pintu menuju kelahiran..

Gelombang dan ombak kehidupan makin keras berusaha merapuhkan semangatku..

Tatapan marah, hina, serta kebencian kerap dilemparkan kepada kita buah hatiku..

Tidak dari mereka yang tak mengenal kita, melainkan orang-orang yang ibumu ini sayangi..

Menjelang tiga tahun kau menapaki langkah usiamu, ayahmu kembali kepada Sang pemiliknya..

Bisakah kau bayangkan betapa beratnya hidupku wahai bidadariku?

Hancur duniaku..

Namun lagi-lagi itu tak merubuhkan aku, karena ada kau yang membuatku tetap kuat..

Waktu terus berlari, tak menunggu aku yang tertatih dengan kaki yang terseret-seret diatas duri sambil terus menggendongmu.

Terlalu banyak peristiwa yang telah kita lalui, hingga tak akan cukup tinta untukku tuliskan dalam uraian cerita..

Tanpa kusadari kau beranjak dewasa..

Akupun menjalani kisah lain yang Tuhan tulis untukku...

Ia hadirkan sesorang untukku berbagi lebih banyak tangis daripada canda tawa..

Seseorang yang juga menyayangimu dengan keringat dan air mata..

Seseorang yang diam-diam menguntai do'a dalam isak tangis ketika melihatmu bersedih atau kecewa..

Seseorang yang dalam pandangan matanya, kau adalah putri yang terlahir seolah dari bagian darahnya..

Namun sebuah tragedi menimpa perjalanan kami sayang..

Kami dipisahkan darimu..

Kau yang berada diusia transisi anak-anak menuju remaja, lebih percaya apa yang kau dengar, sedangkan kisah masa kecil tertinggal begitu saja..

Aku yang mencintaimu dengan segenap jiwa, tak pandai berkata-kata tentang cinta dan pengorbananku untukmu..

Berharap kau bisa merasakannya saja..

Putriku..

Bidadariku..

Andai kau tau..

Jika aku bisa memutuskan kapan aku bisa mati tanpa terikat aturan tentang dosa, maka itu adalah jalan pertama yang ku pilih agar tak kulihat punggungmu menjauh..

Agar tak ku dengar suara tawa mereka ketika melihat aku yang sekuat karang kini terburai menjadi kepingan abstrak..

Sayang..

Percayalah, aku bisa menanggung luka meski darahku mengalir deras hingga kering, selama senyuman bahagiamu masih kau bagi denganku..

Selama tanganku masih bisa memelukmu..

Namun aku mati ketika kau membenciku..

Bidadariku..

Semoga ketika kau menjadi seorang ibu, kau akan tau bahwa amarah seorang ibu adalah kekhawatiran..

Larangan seorang ibu adalah do'a yang diibaratkan benteng untuk menyelamatkan mu..

Mereka bisa memberikan seluruh isi dunia, meskipun yang kau pinta adalah pedang emas berulu pedang, dimana kau bisa membunuh, namun terbunuh disaat yang sama..

Tapi aku ibumu lebih memilih menghadiahkanmu tombak bermata satu dan perisai wahai putriku..

Mungkin tak akan pernah ada waktu indah yang kembali menyatukan kita..

Tapi percayalah bidadariku, bahkan ketika nanti aku menutup mata, aku tak ingin kau meneteskan air mata..

Teruslah bahagia putriku,  bidadariku...

Saat ini, biarlah aku nikmati luka yang tak berdarah ini hingga akhir hayatku..

Tak apa jika kau tak pernah tau, bahwa kehilanganmu ketika kau masih tetap terlihat tepat di hadapanku, pedihnya ibarat dagingku dicabut dari tubuh bernyawaku secara perlahan-lahan..

Begitu sakit ketika kita beradu tatap, kau palingkan wajah lalu beranjak..

Aku bahkan telah kehilangan hak ku untuk mengkhawatirkan dirimu putriku..

Semoga Allah menjaga dan menyelamatkan dunia dan akhiratmu, sebagai imbalan semua penderitaan ibumu ini putriku..

Tanjungpinang KEPRI, Jumat 11092020 09.10

 

"BIDADARIKU"

Karya Rita Mayasari

Teruntuk bidadari surgaku..

Terlalu banyak kisah yang ingin kubagi padamu..

Penaku takkan sanggup menari mengirigi ceritaku..

Takkan cukup tinta untuk melukiskan semua gambaran kehidupanku dikanvas putih perjalananmu..

Gelarku sebagai ibu, membuat surgamu ditelapak kakiku..

Namun perlu kau tau, kau pun jalan surgaku..

Aku tak sanggup meniru sayyidah Zainab dengan khas sifat seorang ibu..

Karena aku harus menjadi dua dalam satu..

Takdir yang tertulis di lauhul Mahfudz, membuatku harus membesarkanmu dengan kelembutan seorang ibu dan ketegasan seorang ayah dalam satu waktu..

Ketahuilah,

ketika aku harus melindungi mu dengan kerasnya pendirianku, hati kecilku lebih sakit dari kekecewaanmu..

Ketika aku harus luluh pada egomu, hati remuk karena mengkhawatirkanmu..

Taukah kau bidadariku?

Melewati masa masa itu adalah perang terbesar dalam batinku..

Bidadariku..

Perjalanan panjang itu menciptakan aku yang baru..

Aku menjadi seorang ibu yang kaku melafazkan kata kata cinta untukmu..

Aku menjadi seorang ibu yang lupa caranya bertutur manis memanjakan pendengaranmu..

Mungkin kau tak akan pernah tau jeritan sukmaku yang menangis pilu..

Karena ratapanku pun tak kan pernah kuperdengarkan kepadamu..

Tak harus kau tau besarnya pengorbananku..

Tak harus kau balas nyawa yang pernahku persembahkan demi kelahiranmu..

Biarlah aku terlihat seperti apa yang kau lihat..

Sebab aku mencintaimu tanpa syarat..

Pada akhirnya,

tiada cerita yang bisa kubagi padamu dalam wujud kata kata...

Tanjung Pinang, KEPRI 01.01/ 14 Juni 2020

 

"Mati Suri"

Karya Rita Mayasari

Berjalan di atas duri amarah membuat lautan darah dari jejak-jejak kaki seorang cucu hawa..

Sayatan demi sayatan tercipta hingga rasa sakit tak lagi ia rasa..

Jiwa yang mati dalam raga bernyawa..

Aahhh... aku mati rasa..

Sukmanya menjerit sembari menikmati kisah-kisah duka dalam balutan kecewa..

Perihkah?

Tidak!!!

Karena ia sudah menyatu dengan derita..

Dimana ia bisa menertawakan tiap air mata..

Ia telah melalui masa dimana sekeliling menangis, namun ia tak merasakan apa-apa..

Ia ditempa oleh siksa lahir dan batin yang membuatnya tak lagi bisa membedakan bagaimana tangisan haru atau lara..

Hingga badai dimata mereka, hanya angin sepoi yang terlihat olehnya..

Ia terlahir kembali dengan naluri yang memberi kehangatan cinta, namun tak percaya bahwa cinta itu juga haknya..

Ia terlanjur tersesat ditengah perang hati dan fikiran yang melawan kenyataan..

Baginya kini ketulusan adalah kepalsuan yang bisa diperankan..

Semua senyuman adalah drama..

Simpati hanyalah topeng belaka..

Rasa iba?

Ahhh... itu hanya improvisasi dalam cara berekspresi semata..

Kasih sayang hanya dongeng tentang perjuangan bunda melawan kematian ketika melahirkan..

Bagaimana ia bisa melalui perjalanan singkat kehidupan dengan cinta dan do'a, jika baginya kasih ibu yang tak terhingga hanya sebuah lagu pengantar tidur saja..

Tanjung Pinang KEPRI, Sabtu/ 11 Juli 2020 (02.36)

 

"Setulus Cinta Sahabat"

Karya Rita Mayasari

Kau adalah angin dalam kelembutanmu..

Kau adalah ombak dengan semangat yang kau tularkan..

Kau adalah keindahan dalam sifatmu..

Kau adalah awan putih dengan caramu memberiku perlindungan..

Kau adalah sesuatu dalam artimu untukku..

Namun kau mulai menjadi jarak dalam caramu menjauh..

Kau mulai menjadi api dengan caramu menyakitiku dalam rindu..

Cinta tidak hanya tentang belahan jiwa..

Cinta itu dimana engkau merasa nyaman dan memberi kenyamanan..

Rasa yang hadir karena ketulusan menerima segala kekurangan..

Cinta itu kamu sahabat tergilaku..

Tanjung Pinang, KEPRI 12 Juni 2013

 

"Fiqura Persahabatan"

Karya Rita Mayasari

Kicau burung memanggil sang dara yang beberapa detik lalu masih berselimut mimpi dalam bilik peraduannya..

Terukir senyum manis dibibir ketika ia membuka jendela dunia..

Namun mendung menggantung membuat semesta terlihat murung..

Disinilah ia akan menyulam benang merah kehidupan..

Merajut asa dalam hamparan permaidani kenyataan..

Malam menuntunnya menjelajahi alam bawah sadar..

Bertemu kembali dengan mereka yang pernah mematri janji dalam bingkai persahabatan..

Ketika salah satu dari kita berada di angkasa lalu segala yang ada di bumi terlihat kecil, maka jangan pernah lupa, kita pun pernah disana..

Jadilah pribadi yang tidak melupakan bahwa hidup adalah tentang proses..

Sebagaimana ulat bisa menjadi kupu-kupu yang indah dan teratai yang tak pernah kekurangan air pun bisa layu..

Janji polos yang terucap ketika mereka hanya melihat dunia sebagai tempat mereka tertawa bahagia..

Tanpa tau bahwa harta dan tahta bisa meluluh lantakkan segalanya..

Tanpa tau bahwa ada takaran level yang dipaksa sejajar agar bisa melangkah bersama..

Semua sirna seiring perjalan waktu yang membesarkan jiwa-jiwa mereka dengan cara yang berbeda..

Takdir perlahan menggiring opini mereka masing-masing tentang nilai sahabat..

Hingga pada akhirnya figura itu rapuh karena gengsi yang memadat..

Tanjung Pinang KEPRI, Jum'at 10 Juli 2020

 

"GAMBARAN HATI SEORANG TEMAN"

Karya Rita Mayasari

Kisah ini dimulai dari perkenalan..

Berkembang perlahan menjadi pertemanan..

Kita merangkai berbagai peristiwa, berbagi canda tawa, dan cerita bersama lalu menamainya dengan persahabatan..

Aku melupakan kemungkinan adanya penghianatan dan air mata..

Karena semuanya ku lakoni tanpa curiga..

Bahkan ku abaikan segala bentuk dosa ketika tutur ku ikut lantang berbicara..

Aku larut dalam bahagia kita, tanpa perduli bahwa bisa saja kita mengukir duka bagi siapa saja yang tak tau apa-apa..

Hingga tiba masanya tabir hitam itu terbuka..

Aku dapatkan cahaya..

Dalam sesaat gelar itu tersemat, aku disebut penghianat..

Disaat Tuhan menyentuh hatiku dengan kejujuran..

Dosakah aku yang tak ingin terbelenggu pada lingkaran kepalsuan?

Salahkah aku ketika tak lagi ingin memakan bangkai saudara seiman ku?

Setidaknya, itulah yang kupikirkan..

Lautan aksara itu ku tata demi menggambarkan hati seorang teman..

Aku memang tak lebih dari mereka..

Aku mungkin tak mampu menyuguhkan rasa bangga ketika kita duduk bersama..

Aku pun tak berani menjanjikan apa-apa..

Namun harus kau tau, persahabatan itu tentang ketulusan, keikhlasan, dan kasih sayang..

Bukan sekedar tertawa saat bersama, lalu menikam belati untuk mereka yang diluar lingkup yang sekelompok sahabat..

Hingga lupa bahwa ulu belati pun bisa rapuh, dan pangkalnya bisa membunuh pemiliknya..

Pada akhirnya banyak orang yang akan terluka..

Jangan butakan mata dari kebenaran..

Teman.. ketahuilah, kau lebih baik dari yang kau fikirkan..

Tanjungpinang Kepri, Sabtu 21112020/ 00.38 WIB

 

"Wanita Dalam Cermin"

Karya Rita Mayasari

Siapakah kau, wahai wanita berambut panjang bergelombang?

kita berbagi wujud yang sama, bahasa tubuh seirama, tatapan yang serupa..

Aku tersedu sedan, kau pun berlinang air mata..

Aku tersenyum kau pun terlihat bahagia..

Tak pernah kudengar suaramu, namun aku tau apa yang ada difikiranmu kala mata kita beradu..

Tak pernah kau bercerita, tapi aku tau apa isi hatimu..

Namun..

Taukah kau satu hal saja tentang aku?

Wanita yang begitu menyedihkan..

Bagiku, kau palsu..

Kau meniru semua yang kau lihat dari diriku..

Kau yakinkan aku bahwa kita adalah satu dengan caramu..

Atau aku pun sama palsunya denganmu?

Seolah aku sangat mengenalmu, padahal aku adalah potongan-potongan puzzle yang berserakan..

Bagaimana aku bisa lantang menilaimu, sementara aku tak mengenal diriku seutuhnya..

Aku membutuhkanmu untuk disalahkan..

Aku membutuhkanmu untuk memuntahkan caci maki..

Ya..

Hanya ketika kau dan aku..

Ketika kita berdua, aku bisa menyalahkanmu..

Kita terasa sangat dekat, namun disaat yang sama kita pun terasa begitu jauh..

Banyak rahasia yang kumiliki hanya kau dan Tuhan yang tau..

Sepi..

Sendiri...

Itu yang aku rasa meski kau didepanku..

Aku ingin mendekapmu, memeluk erat tubuhmu atau bahkan menyakitimu..

Tapi tak mampu aku meraihmu..

Bisakah kita menghapus pembatas yang menghalangi kita?

Kita?

Atau hanya aku?

Aku yang selalu mendatangimu..

Aku yang selalu menatapmu hanya untuk memantaskan diriku..

Aku yang melangkah ke hadapanmu karena ingin mengenal diriku sendiri..

Lalu aku berulangkali menghakimi mu..

Kemudian menangis meratapi kebodohanku..

Mungkinkah aku harus memaafkanmu, atau aku harus memaafkan diriku agar kita sama-sama menemukan bagian yang hilang, entah apapun itu aku pun tak tahu..

Yang jelas, ada yang hilang dari kita,

sesuatu yang membuat kita merasa kosong..

huh...

Sekali lagi kau beri aku tatapan itu..

Sudahlah..

Kali ini aku tak lagi menyalahkanmu..

Tatapan itu hanyalah keraguan sesaat ku..

Terimakasih cerminanku, kau ada karena aku nyata..

Karenamu juga aku merasa ada..

Tersenyumlah wahai wanita dalam cermin..

Kita susun puzzle jiwa yang berterbangan itu agar kembali utuh..

Sebab mereka adalah bagian hitam dan putih tentang kita, yang selama ini menyebar laksana helaian bulu angsa yang tertiup angin karena egoku yang berusaha lari dari kenyataan...

19.42

Tanjung Pinang, KEPRI 13 Juni 2020

 

"Bisikan Hati"

Karya Rita Mayasari

Pada senja kubisikkan mantra..

Agar arakan sang mega mengiringi puing-puing semangat menuju kaki langit asa..

Pada langit jingga kuberkata, saksikanlah kaki mungil yang kembali melangkah setelah ia lumpuh sebab terjangan badai hujatan..

Bersama deburan ombak yang menggulung lalu menjadi buih dan menghilang,

aku titip sihir untuk memanggil cita-citaku yang tertidur diantara kerasnya batu karang..

Kudesahkan rindu dalam nyanyian jiwa..

Kepada siapa aku dendangkan syair ketika bait-bait itu hanya kusimpan diantara lembaran kertas?

Teriakan sanubari menarikku dari jurang keputusasaan..

Aku ingin dunia mendengarkan setiap cerita, setiap kisah yang pernah tak terbaca karena aku bukan siapa siapa..

Meski aku bukanlah cendekiawan yang memegang gulungan penghargaan dari sang raja, aku pun ingin berkarya...

Perum Dompak Indah

Tanjung Pinang, KEPRI 6 Juni 2020

 

"Ambigu"

Karya Rita Mayasari

Terkadang salah menafsirkan rasa, menciptakan belenggu pada jiwa..

Terkekang oleh ketakutan yang membutakan,

tentang pengertian bahwa cinta bukan hanya tentang ikatan asmara..

Kita tak lahir dari rahim yang sama, namun deritamu adalah lukaku..

Rintihanmu adalah cemasku..

Bersama seorang biduan yang bersenandung lagu kehilangan, kutitip cerita tentang kehampaan..

Sukmamu beranjak pergi bahkan ketika ragamu masih dalam pelukan..

Karena kau salah memaknai dongeng cinta yang ku bacakan..

Bagi ku kau adalah pengembala kecil yang ingin kuajak mengembara menjelajahi setiap jengkal dunia..

Agar kau tumbuh menjadi gagah berani bak seorang kesatria..

Namun dimatamu, aku tak lebih dari seorang pemuja..

Bagimu setiap kata yang terucap dari bibirku adalah sabda yang menyesakkan dada..

Laksana sihir cinta yang membuatmu tersiksa..

Aku tak tau seberapa besar kebencian yang kau semai sebelum tumbuh menjadi amarah yang berakar dan aku kau tinggalkan..

Untukmu yang entah dimana..

Padamu ingin ku bercerita..

Bahwa aku hanya sekedar ingin menjadi sang pelita, bukan api yang membakar,

Bukan pula rantai yang melingkar..

Terbang bebaslah saudaraku, tak akan ada lagi bayanganku yang berlari mengitarimu..

Bebaskan sayapmu yang dulu kau lipat, karena memikul beban kasih sayangku dipundakmu..

Bintan Island, Tanjungpinang KEPRI 20 Juni 2020/ 03.00

 

"MENGEMBARA"

Karya Rita Mayasari

Seorang pengembara jatuh cinta pada indahnya lautan..

Hamparan luas dengan berbagai misteri didalamnya..

Buaian air yang bergelombang namun tenang, memanjakan jiwa yang menyerupai nahkoda..

Ada jalinan erat namun tak terlihat diantara bahtera dan samudera..

Meski tak jarang badai menerpa, pertalian itu tak pernah sirna..

Menyaksikan burung-burung yang beterbangan di bawah atap langit yang membentang..

Memberi kebebasan pada sanubari yang terkekang..

Nyanyian angin yang terkadang gemuruh, namun tetap merdu ketika berhembus semilir menyejukkan sukma yang meradang..

Menghapus puing-puing kenangan dari rangkaian cerita tentang daratan..

Melupakan tipuan hening hutan..

Lengang menciptakan labirin menyesatkan dengan mantra suara para satwa yang bersahutan..

Pernah juga sang pengembara menjelajahi ribuan padang..

Namun terkubur oleh sajak debu yang menjelma menjadi oasis di tengah dunia yang tandus laksana gurun pasir nan gersang..

Tanjung Pinang KEPRI, Rabu/ 8 Juli 2020 (16.00 WIB)

 

"Jihad Kehidupan"

Karya Rita Mayasari

Fajar masih berselimut mega..

Cakrawala merah begitu pekat laksana darah..

Berdiri aku dikaki langit, merakit selaksa cerita..

Rangkaian peristiwa yang membangkitkan naluri yang lelah menopang amarah..

Kaki yang pernah melangkah ke berbagai arah..

melawan angin, menentang badai kehidupan..

Memupuk asa yang berulang kali melalui perjalanan mati suri..

Akan ku nyalakan dian yang telah padam dengan api pengorbanan..

Aku adalah musafir dalam ragaku..

Menorehkan luka diatas luka dengan tinta perjuangan..

Atau tertikam belati perasaan karena tunduk pada kekuatan yang mengintimidasi hingga aku gemetar dalam ketakutan semu?

Ku genggam tombak semangat, menjelajahi belantara takdir..

Jika nanti yang tersisa tentang aku hanyalah sebuah nama..

Ceritakanlah pada dunia bahwa aku adalah pahlawan yang berjihad di medan perang kehidupan..

Tanjung Pinang KEPRI, Kamis 9 Juli 2020 (06.59 WIB)

 

"Kerdil"

Karya Rita Mayasari

Penyihir kerdil meramu mimpi..

Dalam tiap mantra ia bumbui harapan tentang keajaiban..

Berjalan menelusuri semesta gelap yang bising dengan bualan sombong penguasa malam..

Menyaksikan istana megah nan mewah dari kejauhan..

Tanpa sadar kakinya terus melangkah..

Terpana mengagumi keindahan semu dari depan pintu neraka para makhluk bersepatu..

Dalam selangkah saja ia pun sudah berbaur dalam satu..

Penyihir kerdil menjelma menjadi wanita biasa..

Berfikir bahwa ia mengelabui semua penghuni labirin senja..

Nyatanya jauh dalam kepalsuan rupa, ia tetaplah si kerdil yang terperdaya..

Berusaha tegak namun meringkuk tunduk pada hardikan mereka yang bermahkota..

Rapuh dalam rintihan jiwa, namun tak berani meronta..

Takut untuk kembali melalui belantara yang pernah membesarkannya  dengan hujan tatapan hina..

Takut untuk beranjak dari kursi empuk bersandarkan kuasa dari pandangan orang-orang buta..

Tanjung Pinang KEPRI, 14 Juli 2020

 

"Seuntai Doa"

Karya Rita Mayasari

Kita adalah kanan dan kiri..

Kita berbagi darah dari muara yang sama..

Perjalanan kita penuh drama..

Jalan kita pun tak selalu seirama..

Kita kerap kali saling memaki..

Kita pun pernah saling membenci..

Usia kita yang beranjak tua bahkan tak membuat kita dewasa..

Hati kita kadang mengecut begitu kerdil..

Dengan tingkah layaknya anak kecil..

Terkadang amarah membuat jarak diantara kita, namun hati merindu dalam ikatan tak kasat mata..

Meski mulut kita tak saling bicara, tutur kita tak saling sapa, namamu tak henti dalam do'a..

Semoga dengan bertambahnya usia, kau menjadi teladan bagi mereka, dua bidadari kecil yang belum mengenal dunia..

Supaya mereka tak menjadi kita, si kanan dan kiri yang berjarak dada..

Ajarkan mereka agar terikat layaknya raga dan nyawa..

Do'a dan harapanku biarlah tetap menjadi rahasia kecilku dengan yang Maha kuasa..

Barakallahu fii umrik, saudariku Rizka..

Tanjung Pinang KEPRI, Rabu 15 Juli 2020

 

"Inspirasi"

Karya Rita Mayasari

Terkadang hanya perlu secangkir kopi untuk lautan inspirasi bagi mereka yang patah hati..

Bahkan luka dari pujangga adalah induk dari karya..

Tak cukup hanya bermodal kuota untuk mendapatkan rasa meski kau jelajahi dunia maya..

Ada perjalanan duka, kecewa, amarah, kerinduan dan cinta untuk merajut rangkaian aksara..

Kerap kali aku menemukan jalan buntu diujung fikiran..

Hingga pena tak mampu menggoreskan tinta..

Sajak-sajak dan puisi indah sering terlahir dari air mata penyair..

Tak jarang pula dari curahan hati mereka yang dirundung lara..

Keindahan tak hanya hadir dari mereka yang bahagia..

Selalu ada eloknya warna pelangi yang bertamu setelah tangisan awan hitam..

Tanjung Pinang KEPRI, Jumat 17 Juli 2020, 07.42 WIB

 

"KEINDAHAN SEMPURNA"

Karya Rita Mayasari

Menelusuri jembatan panjang membentang..

Tinggi diatas permukaan lautan dalam..

Semilir angin petang menerbangkan helai demi helai khayalan tentang harapan kebahagiaan..

Berkelana dalam ruang imajinasi yang ku cipta sendiri sekedar cara  mengusir sepi hati..

Menghibur minda yang penat bergumul dengan cerita-cerita dan senyuman palsu belaka..

Resah dengan tanya seperti apakah wajah-wajah mereka dibalik topeng keramahan yang terlalu banyak corak.. abstrak..

Diantara lamunan panjang diatas dua roda, mataku tertuju pada lukisan keindahan karya sang pencipta..

Meluruhkan susunan puzzle angan yang ku rakit sesaat sebelumnya..

Terpana pada sempurnanya langit biru sebelum jingga meraba..

Terpesona pada lapisan-lapisan awan putih dengan goresan tipis mendung hitam..

Terlalu banyak hal mengagumkan yang kerap kali terabaikan karena diri terlalu sibuk memuja sesuatu yang belum tentu bisa wujud dalam nyata..

Mencari pelarian untuk melupakan beban yang menyesakkan dada, padahal hanya perlu menyadari bahwa alam punya segalanya, bahkan keajaiban yang mampu menentramkan jiwa..

Tanjung Pinang KEPRI, di bawah kolong langit, Jembatan Dompak Istana Kota Piring..

Senin 20 Juli 2020/ 16.23 WIB

 

"KEBODOHAN"

Karya Rita Mayasari

Pada gulita aku berteriak kesal..

Namun suaraku hanya jadi rahasiaku dan sang malam..

Ku lempar caci maki dalam senyap..

Mengutuk dalam dendam tak terbilang..

Muak...

Oh sungguh aku muak..

Tak khatam-khatam dalam uji kebencian..

Bermula dari keluh kesah pada bumi tempatku berdiam, bisu berabad tak terhitung detik terlewat, kini emosi ini melangit.

Ingin aku pura-pura mati, agar makin puas kau pandangi bisuku..

Tapi terlalu sesak hingga terasa limpaku akan meledak..

Sakit dihati bukan sekedar khiasan dalam bait-bait perumpamaan..

Sungguh terasa nyeri...

Hingga memukul dadaku dari luar tak kan meremukkan luka yang didalam..

Kau terlalu mendefinisikan aku sebagai kebodohan..

Padahal kau yang begitu bodoh telah percaya bahwa aku benar-benar bodoh...

Aku tau semua kebodohan mu yang memandang aku bodoh...

Uhhhh... Kau adalah hal terbodoh diantara semua kebodohan yang terjadi diantara kita..

Kita?

Ahhh.. satu kata yang begitu menggelikan..

Kau dan aku memaksa berdampingan agar kata kita tak tercerai berai..

Untuk siapa?

Siapa yang ingin kita tipu?

Sandiwara ini membuatku lelah..

Aku muak memakai topeng kebahagiaan..

Aku tak bisa bernafas, tercekik oleh sempitnya jubah kebohongan..

Bisakah kita sudahi saja?

Kembali menjadi kisah aku saja..

Atau jika itu salah, maka biarkan semuanya menjadi cerita tentang kau saja, lalu hapus lah aku diantara jejak-jejak yang tertinggal itu...

Tanjungpinang KEPRI, Selasa 08092020

 

"KATA-KATA MOTIVASI"

Rita Mayasari

Jangan membandingkan kehidupanmu dengan orang lain untuk tujuan merendahkan, bisa saja ia jauh lebih bahagia daripada kamu, karena ia kaya akan rasa syukur..

Jangan menghitung-hitung kekayaan orang lain dari harta yang terlihat oleh matamu, karena bisa saja, ia lebih memilih mensucikan hartanya dengan sedekah daripada sekedar bermewah-mewah..

Jangan menjadikan gaya hidup seseorang sebagai tolak ukur kesuksesan, karena mereka yang sederhana belum tentu lebih miskin dari mereka yang punya segalanya namun hidup tak tenang karena hutang..

Tanjungpinang Kepri, Selasa 06102020 ( 16.40 WIB )

 

"Tersesat Dalam Diri"

Rita Mayasari

Terkurung dalam belukar rasa. .

Hingga bingung oleh labirin gulita..

Melangkahkan kaki tanpa arah pasti..

Bersenjatakan indera tumpul tak terasah oleh sunyi yang kian senyap..

Hanya aroma duka yang sesekali terendus oleh ingatan terbawa angin kesedihan..

Kutatap langit merah yang kadang singgah..

Keindahan yang tak lagi terlihat megah..

Hanya sesaat saja, lalu gelap kembali menyatroni pemandangan membuat penglihatan kehilangan fungsinya..

Cahaya hati tak lantas menuntunku keluar dari hitam yang rindang diantara hutan kebencian..

Entah dari mana bibitnya, kini mengakar begitu dalam dan tumbuh tinggi menjulang..

ohhh.. ku rindu hangatnya curah kasih sayang yang menghujan..

Nyatanya aku tersesat dalam diri..

Hambar..

Hampa..

Tawaku berubah menjadi seringai..

Tangis berubah jadi gumaman geram..

Lupa cara mengekspresikan perasaan..

Mungkin sekitarku tak ada yang berubah..

Mungkin saja aku yang tak mengerti menata sudut pandang..

Karena ragaku tetap berbaur dengan semesta,

namun jiwaku terlanjur jatuh ke dasar jurang kegelapan..

Yang kulafazkan hanya mantra-mantra kutukan pada  kehidupan, hingga lupa caranya berdzikir untuk bekal kematian..

Tanjungpinang, Kepri

Jumat 16102020

 

"HITAMNYA PRASANGKA"

Rita Mayasari

Mereka berkata aku adalah hati yang menghitam hingga legam..

Mereka menghujat, katanya awan hitam selalu menaungi hari-hariku..

Mereka menelan tawa namun mengukir senyuman sinis dan tatapan remeh tentang deritaku dalam imajinasi mereka..

Mereka merasa begitu mengenalku hanya karena untaian sajak-sajak luka dan patah hati yang ku muntahkan dalam lautan aksara..

Ironis..

Ketika para pembaca menilai kehidupan nyata seniman kata hanya dari karya-karyanya..

Aku sama sekali tak terluka oleh penilaian mereka..

 

Aku hanya bersedih menyadari kenyataan bahwa begitu mudah hati mereka dituntun oleh prasangka tak beralasan..

Alih-alih bertanya atau mengenal lebih dekat, mereka memilih menjadi pendakwa..

Padahal aku berdiri diantara ribuan jiwa dengan berbagai cerita..

Aku bernafas di tengah semesta yang penuh drama..

Tak hanya tentang tawa atau pilu tangisan..

Hanya saja aku adalah satu diantara banyak telinga yang tertarik untuk mendengar kisah duka..

Bagiku perasaan yang rapuh lebih butuh disuarakan daripada sekedar  menumpang tawa dari mereka yang hidupnya penuh cinta dan kebahagiaan..

Sesederhana itu alasanku untuk menuliskan suara hati mereka..

Memberi sedikit kekuatan sesuai kemampuanku, sekedar keinginan untuk memberi tahu bahwa mereka didengarkan...

Tanjungpinang Kepri, Rabu 21102020/ 01.26 WIB

 

"DELUSI"

Rita Mayasari

Aku kerap berharap dalam dekap kekecewaan..

Terbiasa dengan tangisan pengantar lelap..

Aku perlahan beranjak dari rindu yang tak lagi ingin menyatu..

Impianku kini ibaratkan delusi, dunia terbalik di alam mimpi..

Di sana ada mereka yang sempurna, beriring denganku yang istimewa..

Tak ada rasa sakit, tak ada air mata..

Tempat dimana akulah pemeran utama..

Semua terjadi atas restuku..

Aku begitu dicintai, dan akupun bebas mencintai..

Tak ada bantah atas segala titah..

Aku begitu bahagia..

Ohhh.. akulah ratunya..

Malamku benderang, dihiasi milyaran bintang..

Siangku teramat cerah, tanpa panas tak jua dirundung hujan..

Tak ada tatapan kebencian, tak ada hinaan, tak kenal cacian, tak pernah ku dengar makian..

Aku tak ingin pergi dari sini..

Paling tidak, biarkan aku larut hingga lupa mana yang nyata..

Aku tak ingin merasa tercabik-cabik kembali..

Aku tak ingin terluka..

Aku benci kehidupan yang ku beri judul tragedi..

Biarkan saja aku menghilang dalam dunia yang kuanggap diriku lah sang dewi dibawah curah kasih Tuhan..

Tanjungpinang Kepri, Selasa 10112020/ 13.21 WIB

 

"LUNAS"

Rita Mayasari

Pernah sajakku hilang di padang ilalang..

Tersesat fikir dirimbun takdir..

Menerka cerita esok hari sembari mengejar mega yang berlari kencang lalu menghilang dikaki langit..

Hingga kutemukan sebuah jalan terang diantara lautan kegelapan..

Kini ku ucapkan selamat tinggal kisah kemarin..

Luka dan duka yang pernah ada, peluk lah saja, dekap erat agar tak lepas wahai engkau sang masa lampau..

Aku berkelana dengan bekal rasa percaya..

Bahwa bahagia menanti diujung senja..

Sakit yang membias getir kujadikan cambuk, agar langkah ini tak terhenti..

Berusaha mengilhami ada manis setelah pahitnya kopi..

Aku melebarkan sayap harapan, mengudara melintasi cakrawala mimpi, mengitari luasnya keinginan..

Menajamkan penglihatan sebelum menukik pada sebuah pilihan sebagai pemberhentian..

Berhenti sementara, hanya sebatas singgah, meninggalkan jejak..

Batu loncatan tempat awal berpijak..

Pantang berhenti sebelum namaku terdengar seantero negeri..

Hingga pada saat itu, kelak akan kuteriakkan dengan lantang,

Inilah aku yang diberi gelar sang penghayal..

Inilah aku yang disematkan segala ejekan dan hinaan..

Inilah aku yang selalu disuruh tidur lagi karena cita-citaku hanya dianggap nyata dalam mimpi..

Telah lunas ku bayar rasa malu dimasa lalu dengan prestasi..

Ku tukar tawa sinis dengan senyumanku yang termanis..

Tanjungpinang Kepri, Selasa 29 Desember 2020/ 00.30 wib


***
Demikian puisi karya Rita Mayasari yang dikirim oleh penulis untuk dimuat dalam web ini. 

(Catatan Penutup)

Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...

Sampah Kata Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi

Post a Comment