Cara Mudah Menjadi Penulis Indie dan Memiliki Banyak Buku
sampahkata.com - Setiap orang punya gaya tersendiri, tepatnya karakter. Begitu pula dengan para penulis, karena hal itu yang membedakan kita dengan yang lain. Lantas saat tulisan kita berbeda dengan yang lain “penulis setengah hebat”, kemudian cibiran dan komentar pedas menyurutkan semangat kita? Haruskah goresan pena kita menyerupai tulisan-tulisan penulis terkenal, barulah sah jadi sebuah karya?
Itu pertanyaan yang selalu terbenak dalam pikiran penulis pemula.
Saya pikir kata takkan pernah habis untuk dirangkai dan dibangun menjadi sebuah pondasi literasi di tanah air ini. Saya akan memulai cerita ini dengan celoteh tanpa resep atau panduan menulis seperti yang diajarkan di Perguruan Tinggi dengan berbagai macam teori.
Saya petik satu teori hebat dari seorang manusia yang belum pernah menerbitkan sebuah buku. Ia hanya laki-laki berambut gimbal berkulit hitam namun hatinya tak sehitam kopi. Blasteran Tamiang - Jawa, lahir di tanah Tamiang, Brotha. Sosok manusia dengan semua kemahirannya dalam merumuskan kata, Bang Diyus Hanafi itulah manusia yang mengajari saya satu teori tentang perspektif ilmu terutama sastra.
"Jika merujuk ke awal setiap ilmu, maka kita akan menemukan kenyataan yang menunjukkan bahwa tak ada teori apapun di awal kelahiran semua ilmu. Maka, banyak orang mengenal istilah trial and error dalam fase perumusan ilmu. Kupikir, sastra bukanlah pengecualian. Teori tentang sastra dan tiap ilmu yang ada di semesta ini, muncul setelah kelahirannya; lahir dahulu, baru kemudian diberi nama" (Diyus Hanafi, 2018).
Kenapa kau berhenti menulis? Bukankah pembaca sedang melirik puisi-puisimu? Kenapa kau berhenti saat dunia mulai memahami polesan kata yang kau ramu dengan hati? Sederetan peluru menghujam kepala saya yang dihembuskan dari senapannya). Motivasi hebat darinya membakar adrenalin saya untuk menantang dunia menulis.
Teruntuk penulis pemula seperti saya!
Kalian pasti pernah memikirkan pertanyaan di atas atau pernah mengalami kejadian dimana berhadapan langsung dengan penulis setengah hebat. Saat mencoba meminta pandangan atau kritikannya. Berharap dibimbing agar tulisan tersebut bisa dikoreksi dan diperbaiki.
Lalu harapan itu pupus, nyatanya tulisan kalian dianggap tidak bagus, kurang berbobot, masih terlalu amatiran dan belum pantas untuk jadi sebuah karya. Bahkan kata-kata kritikan itu lebih pedas dari cabai yang dimasukkan kemulut. Perasaan serasa panas, hancur, putus asa yang bercampur aduk dengan kecewa, marah dan sakit hati. Begitulah singkat cerita penulis pemula yang mencoba belajar pada mereka “penulis setengah hebat”.
Bagaimana
menjadi seorang penulis?
Sebelum pertanyaan itu ada jawabannya, saya mau mengajak teman-teman untuk berfikir logis. Pertanyaan mendasarnya :
- Apakah Chairil Anwar saat menulis puisi-puisinya, melakukan bimbingan dulu pada penulis lain agar goresan tangannya baru sah sebagai sebuah karya?
Chairil
Anwar Pelopor Puisi Modern, karena karyanyalah kita bisa menulis puisi dengan
gamblang tanpa harus memperhatikan sajak A-B, A-B. Yang perlu diperhatikan
adalah perasaannya tertuang kedalam tulisan dan bukan sekedar karangan.
- Apakah Andrea Hirata saat menulis novel pertamanya “Laskar Pelangi” bakalan tau kalau itu yang akan membumingkan nama dan juga statusnya?
Andrea
Hirata mengantongi penghargaan pemenang dalam Festival Buku New York 2013
kategori fiksi dan menerima Kehormatan Doctor of Letter (Hon Dlitt) dari
University of Warwick, Inggris 2015.
- Begitu juga dengan penulis lainnya seperti Habiburahman El Shirazy, Tere Liye, Asma Nadia. Mereka adalah orang-orang yang berani mengapresiasikan diri dan tidak pernah surut semangatnya atas kritikan pedas yang menjatuhkan dari orang lain terhadap karyanya.
Lalu
bagaimana menjadi seorang penulis?
Jawabannya ada dalam hati teman-teman sendiri. Kalau saya tetap dengan karakter sendiri, karena itu adalah gaya tulisan yang menjadi ciri khas dari saya. Menulis, menulis, menulis dan tetap menulis.
Membaca, membaca, membaca dan terus membaca. Percayalah karya teman-teman adalah bagian dari kekayaan sastra Indonesia. Pengetahuan itu penting, lebih penting daripada menggubris kritikan-kritikan mereka “penulis setengah hebat”.
***Penulis setengah hebat adalah orang-orang yang tidak terlalu terkenal tapi berlagak hebat dan paham betul dunia literasi...
Demikian pembahasan artikel ini tentang Cara Mudah Menjadi Penulis Indie dan Memiliki Banyak Buku. Semoga bermanfaat untuk kita semua!
Artikel ini ditulis oleh : Muraz Riksi
***
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...
Sampah Kata Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi
Post a Comment