Labirin Rasa Tak Berujung dan Aku Tanpa Keakuan Puisi Karya Kei Naz

Table of Contents
Labirin Rasa Tak Berujung dan Aku Tanpa Keakuan Puisi Karya Kei Naz

Labirin Rasa Tak Berujung dan Aku Tanpa Keakuan merupakan dua puisi yang memiliki cerita mendalam. Seperti sosok penulisnya yang kerap disapa Lentera Merindu. Penulis yang penuh misteri seperti karya-karyanya. Berikut tek puisi karya Kei Naz:

*Aku Tanpa Keakuan*

Di sebingkai cermin retak,  aku melihat bayang-bayang yang tak pasti,  sebuah wajah yang terdistorsi oleh harapan dan ketakutan. Setiap keping retakan adalah cerita, segaris goresan adalah perjalanan,  
mencari siapa aku di antara  hingar suara asing,  mencoba memahami makna di balik semua yang terpendam.

Aku adalah campuran warna, tak hanya hitam dan putih, tetapi juga abu-abu yang penuh nuansa. Dalam rekam jejak pilihan terukir langkah, dalam setiap kesalahan, ada pelajaran berharga, gemetar sekujur aku memeluk serpih pun bayang keindahan, sembari meyakini bahwa kesempurnaan hanyalah ilusi belaka.

Dan ketika ufuk mentari terbit, membakar kabut, aku menemukan keberanian untuk berkata,  "Ini aku, dengan segala kerentanan dan kekuatan."  Kata-kata itu mengalir bak sungai yang tak terhalang, membawa rasa lega pada lekuk hidup yang terasa mati,
menghapus keraguan yang menggelayuti hati.

Namun, perjalanan ini tak selalu mudah,  ada saat-saat ketika bayang-bayang menakutkan, mencoba menyeringai lalu merenggut kepercayaan diri yang lelah ku pupuk. Tetapi dalam gelap, aku belajar bercahaya, mencari sinar dalam diri,  
menemukan bahwa penerimaan adalah kunci yang membuka pintu menuju kebebasan.

Aku adalah cerita yang terus ditulis, setiap bab adalah bagian dari perjalanan,  suka duka sebagai tinta, mewarnai lembaran hidupku.  Dalam setiap goresan, aku menemukan diri, di lembar-lembar halaman ku ukir makna, tertulis keyakinan bahwa tak ada satu pun yang sempurna.

Kini, aku berdiri di tengah panggung,  dengan percaya diri, menyanyikan lagu senandung hatiku, melawan suara-suara berdialog ragu, pun secebis bengis caci maki, merayakan aku yang tak beraku.
Dalam pelukan diri, kutemukan tenang meski tak berbalut senang, menyadari bahwa aku adalah aku,  dan itu sudah cukup.
 
Aku tersenyum pada bayanganku, dengan segala kerentanan dan keberanian.  
Di sini, di tempat ini, aku menemukan rumah,  tempat di mana keluhku diseduh dengan kehangatan, mengantarkan ku pada kedamaian, sebuah perjalanan menuju diri yang sejati.

-----------------
Balikpapan, 17.09
22/10/2024
Lentera_merindu
KeiNaz

*Labirin Rasa tak Berujung*

Di bawah cahaya bulan yang lembut, hati kita terjalin dalam senyap, seolah dua bintang yang bersinar di langit yang sama, namun terpisah oleh jarak yang tak terukur. Lekat tatapmu tatkala mengecup lembut rautku dalam sebingkai kaca, menyiratkan harapan, namun di balik senyummu, aku tahu ada dinding yang menghalangi. Dalam setiap detak jantung, ada kerinduan yang tak terucapkan, seperti hujan yang jatuh tanpa suara, meresap ke dalam tanah, namun tak pernah menyentuh dedaunan.

Kisah kita, barangkali layaknya sebuah lagu yang tak pernah selesai, melodi yang terjebak dalam nada yang sama. Kita berbagi kehangatan tanpa peluk, seperti dua pelangi yang berusaha bersatu, tetapi akhirnya hanya membentuk bayangan di atas permukaan air. Setiap langkah bersamamu adalah sebuah perjalanan yang indah, tetapi dalam jejak markah, ada kesadaran bahwa kita terjebak dalam ruang yang tak terjangkau. Cinta ini, meski tulus, adalah sebuah labirin yang tak berujung.

Aku mengenang hari-hari saat kita berbincang hingga malam menua, suara tawa kita bergema di antara bintang-bintang. Namun, seiring waktu berlalu, aku mulai merasakan kesunyian yang membayangi. Setiap kata yang kita ucapkan seperti butiran pasir yang mengalir di antara jari-jari, tak bisa ditangkap, tak bisa dimiliki. Kita berbagi cerita, tetapi tiada  janji yang terucap, hanya harapan yang melayang di udara, tak terikat oleh kenyataan.

Dan ketika embun pagi menjamah hijau rerumput, aku terbangun dari mimpiku. Cinta ini, meski indah, tiada mampu melawan kenyataan. Kita adalah dua jiwa yang saling mencari, saling ingin menemukan, akan tetapi tak jua sampai pijak pada sebuah rumah yang menyuguhkan kedamaian bersama. Dalam setiap pelukan yang hangat, ada rasa dingin yang mengingatkan bahwa kita tidak ditakdirkan untuk saling memiliki. Aku terjebak dalam perjalanan ini, mencintaimu dari jauh, seperti bintang yang mengamati bumi, merindukan, tetapi tak mampu menyentuh seluruh mu.

Aku mengingat setiap tawa dan air mata yang kita seduh tanpa kesedihan, di antara percakapan yang penuh makna dan bisikan rasa. Namun, seiring waktu berlalu, kita menyadari bahwa cinta ini tak bisa mengubah realita. Mungkin ini adalah cinta yang indah, namun tak saling memiliki; sebuah puisi yang ditulis tanpa penutup, meninggalkan tanda tanya di ujung kalimat. Atau selayaknya, cinta ini adalah sebuah lukisan yang tak pernah selesai, menggantung di dinding kenangan kita.

Akhirnya, aku menyadari bahwa cinta ini adalah sebuah perjalanan yang indah meski penuh luka. Mungkin kita tidak akan pernah benar-benar memiliki satu sama lain, namun dalam setiap detak jantungku, namamu akan selalu terukir. Dan meskipun kita terpisah oleh batasan yang tak terlihat, kenangan kita akan selamanya menjadi bagian dari diriku, seperti angin yang berbisik lembut, mengingatkan bahwa cinta, meski tak memiliki, tetaplah cinta.

-------------
Balikpapan 16.14
22/10/2024
Lentera_merindu
KeiNaz

***
Demikian contoh puisi karya Kei Naz. 

(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...

Post a Comment