Dari Seorang Ibu Petani Puisi Penuh Makna dan Arti Karya Muraz Riksi
Table of Contents
Sungguh hebat, dari ibu dan bapak yang bekerja sebagai petani telah berhasil membawa anaknya menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Apakah kami bisa Bu? Dengan menjaga titel sarjana, mencari kerja sesuai ilmu di perguruan tinggi atau kami akan gengsi sehingga kami lebih memilih menjadi pengangguran sejati. Mengingat menjadi petani atau profesi tanpa perlu ijazah perguruan tinggi, kami akan dikatai "rugi kuliah tinggi-tinggi kalau kerjanya jadi kuli". Berikut teks puisinya:
Dari Seorang Ibu Petani
Oleh Muraz Riksi
Sawah ibu semakin kering
Pupuk disana juga semakin mahal dan langka
Tiba masa tanam, ibu harus bersusah payah mencari modal
Bapak yang membawa cangkul dibahunya
Kadang wajahnya lusuh, keringatnya mengaliri sawah
Merawat padi bagi seorang ibu seperti merawat anak
Bagi seorang bapak, itulah kehidupan untuk keluarganya
Masa panen, padi dijual murah, menutupi biaya dari awal mencangkul tanah
Semua padi kadang harus dijadikan rupiah
Karena anak-anakmu yang sedang kuliah
Dari seorang ibu petani
Dari seorang bapak yang bekerja sebagai buruh di sawah sendiri
Anak-anakmu kini sudah menyelesaikan kuliah
Menjadi sarjana tidaklah mudah, keringat bapak dan doa ibu iringi setiap langkah
Dari seorang ibu petani
Dari bapak yang bekerja sebagai kuli di setiap hari
Anak-anakmu sudah sarjana di perguruan tinggi
Terima kasih ibu dan bapak yang mengajarkan arti hidup ini
Kami akan berjuang mencari rezeki
Membawa ijazah melamar kerja di negeri ini
Apakah kami bisa sepertimu ibu
Dari seorang petani tapi anak-anakmu sudah selesai pendidikan di perguruan tinggi
Apakah kami bisa berjuang seperti bapak?
Menafkahi kami setiap hari walau kerjanya hanya kuli
Apakah kami bisa Bu menjadi tulang punggung keluarga ini
Terima kasih bapak yang telah berjuang untuk hidup kami...
Aceh, 23 Januari 2025
Baca Juga : Puisi, Cerpen dan Cerbung Muraz Riksi Lainnya
***
Demikian teks Puisi Tentang Hidup yang Penuh Makna.
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...
Post a Comment