Anak Kecil yang Kehilangan Pundaknya Puisi Khoirul Triann

Table of Contents
Anak Kecil yang Kehilangan Pundaknya Puisi Khoirul Triann

Anak Kecil yang Kehilangan Pundaknya merupakan judul puisi karya Khoirul Triann yang dibacakan olehnya di Kanal Youtube Catatan Khoirul Triann. Berikut teks puisinya :

Hai.

Sebelumnya, aku tidak pernah kehilangan sedalam ini.
Seseorang yang harusnya aku bahagiakan,
belum sempat tersenyum karena aku.

Aku kehilangan banyak waktu
waktu untuk bercanda,
waktu untuk menangis lebih dalam di pundaknya,
juga waktu untuk bercerita tentang hidupku yang sedikit bahagia.

Sejauh ini, aku sudah terbiasa menunggu sendirian.
Tanpa pundak,
juga tanpa pelukan hangat saat semuanya sedang memudar.

Aku ingin bermimpi,
tapi aku kehilangan alasan untuk mewujudkan mimpiku sendiri.
Kata mereka, suatu hari mimpimu akan menjadi nyata.
Sejak saat itu, aku takut bermimpi,
karena ketika aku membuka mata, semuanya hilang.

Anak kecil ini kehilangan pundaknya,
dan bingung harus bersandar kepada siapa.
Anak kecil ini sudah kehilangan waktu,
dan itu tidak akan kembali.

Aku juga bingung harus menyalahkan siapa.
Waktu?
Semesta?
Terlalu jahat rasanya,
memisahkan dua hati dari pelukannya,
lalu menyisakan luka yang tidak akan pernah sembuh.

Sebelumnya, aku masih ingat embusan napasnya,
sejuk sekali.
Aku masih ingat julukannya.
Sepertinya, dia sekarang sedang berkata,

"Tenang, Nak. Kamu akan selalu baik-baik saja."

Tenangnya mereka,
ia bisa berlari sambil diiringi.
Tidak seperti aku,
yang berlari sambil mengiringi doa.

Tenanglah.
Semoga hari yang kau tunggu bernama esok,
dan semua yang belum selesai akan aku lanjutkan.
Walau tanpa pundak,
walau sendirian.
Aku tidak takut dengan dunia.

Ia akan berpihak pada manusia sepertiku.

Kehilangan datang ketika aku sedang keras-keras belajar terbang.
Anak kecil tadi telah dewasa.
Ia membuka jendela dengan tangannya sendiri.

Keluarlah.
Di luar tidak terlalu buruk, kok.
Itu, mimpimu sudah menunggu untuk dikejar.

Bahagia memang rumit.
Mereka tidak paham rasanya.
Tapi menang adalah keharusan,
meski patah berkepanjangan.

Belum waktunya untuk pulang.
Sabar.
Semesta adil, kok.

Kalau kamu sedih hari ini,
kamu akan tertawa esok hari.
Begitu juga sebaliknya.
Jangan menyerah, ya?
Hiduplah dengan berani.

Dunia dan isinya,
hadapi dengan lapang.

Dunia, coba lawan saya.
Saya sudah sangat kuat untuk menghadapi semesta.

Ayahku hilang,
tapi bukan berarti mimpiku boleh lewat begitu saja.
Aku akan terbang.
Sebisaku.

Kalau misalnya aku salah dan berlebihan tentang bersedih,
tolong tegur aku, ya?
Karena aku sudah tidak punya pundak untuk bersandar.

Kalau aku berlebihan,
tolong sadarkan aku tentang rehat sejenak.

Aku akan kembali ke rumah terakhirnya,
untuk bicara sedikit perihal hidupku.
Untuk kembali berbisik tentang pintaku
tentang tenang,
dan tentang datang.
Meski lewat mimpi.

Sudah lama, nih, kita nggak ngobrol.
Kalau ia menanyakan kabarku,
aku akan jawab,

"Aku baik-baik saja."

Tetap seperti anak kecil yang dulu,
hanya saja, sekarang hidupku sedikit lebih rumit.

Tenangkan anak kecilmu ini, ya?
Semoga malam nanti kita bisa kembali bertemu,
meski hanya lewat mimpi.

***
Demikian Teks Puisi Khoirul Triann Anak Kecil yang Kehilangan Pundaknya.
 
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...

Post a Comment