Aku Pernah Hampir Gila Seperti Dia, Jangan Remehkan Tangisan Orang Lain

Table of Contents
Aku Pernah Hampir Gila Seperti Dia, Jangan Remehkan Tangisan Orang Lain

Aku Pernah Hampir Gila Seperti Dia
Semenjak saat itu…
Setiap kali aku melihat seseorang menangis sesenggukan, tubuhnya gemetar, napasnya tak beraturan, dan matanya sembab, aku tak lagi menganggap itu lebay.

Aku tahu, ada luka yang begitu dalam di balik tangis seperti itu.
Tangis yang tidak dibuat-buat, tidak ingin dipamerkan, bahkan sebetulnya tidak ingin dilihat siapa pun.

Aku tahu… karena aku pernah merasakannya.
Menangis sampai tubuhku lemas, napasku sesak, dan pikiranku kacau.
Aku pernah berada di titik itu, titik paling gelap dalam hidupku, di mana tidur jadi satu-satunya pelarian, dan bangun terasa seperti hukuman.

Dulu, Aku Pikir Aku Lemah
Dulu aku juga menyalahkan diri sendiri.
"Kenapa aku segini rapuhnya?"
"Kenapa hidupku berantakan begini?"
Aku menyembunyikan tangis, berpura-pura kuat, dan tetap tersenyum di depan orang padahal di dalam hati, aku hancur berantakan.

Tapi kemudian aku sadar… yang aku butuhkan bukan penghakiman, bukan nasihat klise, apalagi ejekan. Yang aku butuhkan waktu itu cuma satu: pengertian.

Sekarang, Aku Berdoa untuk Mereka
Makanya sekarang, ketika aku melihat orang lain berada di titik itu aku tidak menghakimi.
Aku tidak menyuruh mereka untuk “sabar” atau “berpikir positif.”
Aku tidak bilang, “Ayolah, orang lain juga banyak yang lebih menderita.”

Aku hanya berdoa dalam hati:
“Semoga dia lekas berdamai dengan dirinya sendiri. Semoga dia kuat melewati malam ini. Semoga ada pelukan hangat untuknya, entah dari siapa.”

Karena aku tahu, dalam kondisi seperti itu, kita hanya butuh sedikit cahaya untuk percaya bahwa hidup masih layak dijalani.

Jangan Remehkan Tangisan Orang Lain
Tangisan seseorang bisa jadi adalah puncak dari ribuan luka yang tak pernah terlihat.
Mereka yang menangis sesenggukan bukan lebay mereka sedang bertahan sekuat mungkin agar tidak benar-benar hancur.

Kalau kamu tidak bisa bantu, setidaknya jangan menghakimi.
Kalau kamu tidak bisa mengerti, setidaknya jangan menertawakan.
Dan kalau kamu pernah ada di posisi itu, kamu tahu… satu empati kecil saja bisa menyelamatkan jiwa seseorang.

Post a Comment