Bukan Juni Milik Sapardi Puisi Karya Kei Naz
Table of Contents
Bukan Juni Milik Sapardi
---------
Kei Naz/Lm, Balikpapan
Pertengahan Juni
---------
Barangkali Juni adalah waktu yang diciptakan dari rahim kesepian,
ia terlahir tanpa perayaan,
tetapi setiap tumbuhnya selalu disambut oleh sunyi yang mendekam di sudut ruangan.Ia tidak pernah meminta didekap, namun selalu pulang dengan membawa aroma tanah basah dan sebuah nama yang tak terlupakan .
Ia datang perlahan, menyisir pagi-pagi yang dingin dan langit yang enggan bercerita. Rintik menyentuh jendela, seperti tangan halus yang mengetuk hati, membangunkan rindu yang menunggu mekar, pada kusen tua yang sudah lama tak tersentuh hangat.
Di bulan ini, detak dada seakan menolak lupa. Janji-janji tumbuh bersama kamboja yang tak pernah dipetik, mekar sendiri di halaman waktu yang tak sempat kita rawat. Dan setiap langkah terasa seperti harapan yang tertatih, berusaha bangkit di tanah yang basah oleh ingatan.
Juni datang, seperti tamu yang tahu ia tak benar-benar disambut. Langit menunduk, seolah tahu: ada hati yang lebih ingin bersembunyi, enggak berjumpa pada gulir hari yang getir.
Sebab Juni adalah tanggal-tanggal yang menyayat, ruang kosong dalam kalender tempat luka menetap, dan kecewa memilih tinggal tanpa permisi.
Setiap tahun, ia membuka pintu yang tak pernah dikunci rapat. Kenangan masuk, duduk di meja makan yang dulu penuh tawa. Ia tak berkata apa-apa, hanya menatap dinding dengan dada yang tak lagi utuh.
Dunia bergerak, tapi Juni tetap tinggal. Bersama sunyi yang menggantung di udara, bersama napas yang tertahan, bersama pelukan yang menyisakan remuk.
Dan bagi mereka yang pernah kehilangan, Juni tak boleh dibiarkan sunyi. Ia harus diingat, agar luka tahu, bahwa ia pernah nyata. Pernah hidup. Pernah mencintai.
Juni, barangkali bukan hanya tentang air mata. Tapi juga tentang keberanian untuk tetap merajut luka menjadi puisi. Tentang tanah yang belum sembuh, tapi tetap ditanami cinta meski perlahan, meski tak pasti.
Karena hidup, pada akhirnya, bukan soal hari-hari yang gemilang. Tetapi tentang waktu-waktu suram yang tetap kita rengkuh dengan senandung lirih di tenggorokan luka, meski dunia enggan mendengar.
Dan Juni, barangkali adalah lagu itu.
___________
Baca Juga : Gubahan Puisi Karya Kei Naz Lainnya
***
Demikian puisi bulan juni karya Kei Naz.
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...
Post a Comment