Lelaki Dua Generasi, Luka yang Sama, Dunia yang Berbeda Antara Y dan Z
Table of Contents
Semesta masih berjalan, dunia ini masih bertahan dari berbagai faktor alam. Sedang lelaki dua generasi masih berperang dengan dirinya sendiri. Katanya dari sekian banyak kehidupan ada perempuan dengan lantang mengatakan "perempuan itu harus independen", mereka tidak butuh laki-laki yang finasialnya berantakan.
Luka yang sama dan dunia yang berbeda, demikian itu laki-laki yang untuk dicintai saja ia harus memiliki harta. Faktanya laki-laki yang ingin memiliki perempuan ia harus mempunyai finansial yang baik. Laki-laki bisa menerima perempuan yang tanpa harta namun tidak dengan sebaliknya. Belum tentu perempuan mau menerima laki-laki miskin.
Menjadi laki-laki tidak mudah, meski terkadang sering diabaikan. Nyatanya ia harus hidup untuk bekerja seumur hidupnya, nyatanya untuk dicintai perempuan ia harus bekerja seumur masanya. Dari pertama bekerja ia harus menafkahi ibunya, adik perempuannya, ayahnya, memikirkan masa depannya. Setelah menikah ia juga memiliki kewajiban menafkahi anak dan isterinya. Tak ada Waktu baginya memikirkan tentang dirinya sendiri.
Belum lagi kehidupannya lelaki dua generasi yang harus memikirkan tempat tinggal untuk keluarga kecilnya, membeli tanah dan membangun rumah. Sungguh isi kepalanya tidak lebih dari itu, hanya saja laki-laki tidak tahu mengeluh selayaknya perempuan.
Generasi y dan z dihadapkan pada hidup yang berat. Generasi Y lahir 1980-1994 dan generasi z lahir 1995-2009, pada umumnya mereka tidak ditinggalkan warisan oleh orang tuanya. Kebanyakan dari mereka memulai kehidupannya adalah dengan berjuang sendiri.
Mereka generasi yang kuat, namun sekuat-kuatnya lelaki itu tetap pada satu sisi ia menangis seorang diri. Coba kalian pikirkan sendiri, mereka bekerja lalu mendapatkan penghasilan tapi dinikmati bersama keluarganya (orang tuanya, adiknya, isterinya dan anaknya). Mereka tidak egois, penghasilannya untuk membahagiakan keluarganya namun disaat ia susah dan terjepit keadaan siapa yang menolongnya, siapa yang hadir memberikan semangat serta dukungan.
Umumnya hal itu tidak ada, selain tuntutan dari keluarganya untuk memenuhi kehidupan. Menjadi laki-laki generasi y dan z tidak mudah. Mereka bisa saja rapuh namun mengeluh takkan mengubah apapun. Semasa hidupnya ia dituntut untuk bekerja dan membahagiakan keluarganya, setelah ia meninggal pun ia memiliki tanggung jawab yang besar yaitu menanggung semua dosa yang dilakukan oleh isteri dan anak-anaknya.
Hanya saja tanggung jawab itu tidak terlihat sehingga banyak isteri yang keras kepada suaminya. Entahlah, dunia ini bagi laki-laki adalah hidup yang pahit sedangkan isteri sibuk dengan mengikuti standar hidup perempuan di TikTok. Bahkan hal yang paling lucu mereka banyak mengutip dalil-dalil yang menguntungkannya sepihak saja. Mereka lupa bahwa suaminya adalah pemimpinnya dalam kehidupan yang telah ia pilih.
Tak ada satupun dalil yang boleh menentang suami, membantah suami kecuali seuatu yang bertentangan dengan syariat. Suami tidak untuk dilawan tapi dipatuhi dan didengarkan sebagaimana perintah itu sesuai dengan syariat. Tapi ya sudahlah, ini bukan tentang hubungan suami dan isteri tapi tentang kehidupannya generasi y dan z.
Mereka hanya dilahirkan tanpa diberikan harta di dunia ini, untuk menikah saja mereka harus bekerja keras menyiapkan mahar yang sangat tidak masuk akal saat ini. Khususnya di Aceh, Harga emas naik tinggi sedangkan nilai mahar perempuan Aceh tidak turun bahkan ikut naik setingkat dengan Pendidikan dunianya.
Setelah menikah ia Kembali bekerja keras untuk membeli sepetak tanah lalu membangun rumah. Namun di negeri ini, penghasilan kecil takkan mampu mewujudkan impian itu. Saya akan analogikan dengan contoh yang sederhana:
Penghasilan sebulan tidak lebih dari 3 juta, pengeluaran sebulannya bisa lebih dari 3 juta sehingga suami harus bekerja lebih keras lagi untuk menutupi kekurangan itu. Setiap bulannya ia kekurangan lalu bagaimana mungkin ia sanggup membeli sepetak tanah untuk membangun rumah.
Hal ini pula yang menyebabkan banyak generasi y dan z setelah menikah dan lulus PNS atau PPPK memilih untuk menyerahkan SKnya ke Bank lalu mengambil pinjaman uang. Setiap bulan gajinya dipotong karena pinjamannya. Bahkan ada yang sisa gajinya 1 juta, ada yang sisa gajinya 2 juta. Faktor inilah yang menyebabkan mereka tidak pernah benar-benar bisa bekerja dengan maksimal, karena gajinya tinggal sedikit. Mereka tidak punya pilihan lain selain menopang masa depannya dengan meminjam uang ke Bank untuk membeli tanah dan membangun rumah.
Tidak mudah bukan menjadi lelaki dua generasi? Achhh siapa yang peduli selain cemooh dan dikucilkan oleh keluarganya sendiri. Banyak orang tua tidak melihat peliknya kehidupan anaknya, mereka hanya menuntut dan membandingkan hidup. Tetap semangat ya pejuang kehidupan, ingat untuk memiliki cinta perempuan kalian harus bekerja keras, untuk memiliki tanah dan rumah kalian harus mengadukan nasib ke Bank ya. Syaratnya harus lulus PNS atau PPPK dulu ya. Jangan menyerah dan terus melangkah...
Disclaimer : Ini hanya sebuah pemikiran dari penulis berdasarkan fakta yang terjadi di banyak kehidupan generasi y dan z. Tidak untuk menjustifikasi perempuan, isteri atau orang tua. Jadikan tulisan ini sebagai renungan kita bersama dan semoga kita bisa menjadi orang yang lebih peka dengan keadaan. Semoga pula penghasilan yang diterima setiap orang sebanding atau lebih dari sejumlah pengeluaran yang harus dikeluarkan. Semoga turut andil dari pemerintah untuk memperhatikan bahwa nilai mata uang kita sangat rendah atau sederhananya harga barang mahal sedangkan penghasilannya masih rendah. Semoga penghasilan bisa tinggi atau disesuaikan dengan pengeluaran dari perhitungan harga barang saat ini.
Judul : Lelaki Dua Generasi, Luka yang Sama, Dunia yang Berbeda Antara Y dan Z
Penulis : Muraz Riksi
Baca Juga : Puisi, Cerpen dan Cerbung Muraz Riksi Lainnya
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...
Post a Comment