Kata Talak: Luka yang Mengajarkan Arti Keikhlasan Karya Nova Elvira

Table of Contents
Kata Talak: Luka yang Mengajarkan Arti Keikhlasan

Kata talak
Puisi : Nova Elvira

Puas sudah hatiku kau torehkan luka
Hingga kekosongan menjelma sempurna
Kata talak yang tak pernah inginku dengar
Meluncur indah di bibirmu sayang

Kau tumpukan semua kesalahan pada diriku sayang...
Ku ikhlas bila memang aku tiada lagi di hatimu...

Di saat kau lepaskan ku dari hidupmu
Tidaklah sedikitpun bayangan manisnya cinta silam kita membekas di hatimu 
Yang telah bertahun di sisimu...

Ku tau kesalahanku
Hanyalah sebagai menutupi ego dan kecurangannya kasih...
Agar engkau memiliki alasan untuk kita berpisah..

Kini ku kan berusaha untuk iklankan semua yang telah terjadi...
Dan bila nanti kau dan dia telah bersama...
Jangan kau sakiti dia
Seperti kau menyakitiku...
Pariaman, 28-10-2025

Puisi “Kata Talak” karya Nova Elvira adalah ungkapan perasaan pilu seorang perempuan yang ditinggalkan oleh kekasih—atau mungkin suaminya—dengan kata yang paling menyesakkan dalam sebuah hubungan: talak. Puisi ini memotret luka batin yang begitu dalam, di mana cinta yang pernah hangat berubah menjadi kenangan pahit karena pengkhianatan dan keegoisan.

Bait pertama langsung membuka dengan nada getir. Penyair menulis, “Puas sudah hatiku kau torehkan luka, hingga kekosongan menjelma sempurna.” Kalimat ini menggambarkan kehancuran emosional yang paripurna—bukan sekadar sedih, tapi sebuah kehampaan yang menelan seluruh rasa. Kata “meluncur indah di bibirmu sayang” menyiratkan ironi: kata talak yang mestinya pahit justru diucapkan dengan ringan, bahkan indah di bibir sang kekasih. Ada kesan getir sekaligus penyerahan diri di dalamnya.

Pada bait-bait berikutnya, penyair menumpahkan kepasrahan dan keikhlasan. Ia sadar dirinya dijadikan kambing hitam: “Ku tahu kesalahanku hanyalah sebagai menutupi ego dan kecurangannya kasih.” Di sini, Nova Elvira dengan lembut menyingkap dinamika klasik dalam hubungan: ketika satu pihak memilih berpisah, sering kali alasan dibuat-buat hanya untuk membenarkan keputusan yang sudah diambil.

Namun, meski disakiti, puisi ini tidak berakhir dengan dendam. Justru sebaliknya — penutupnya menegaskan kedewasaan emosional:
“Dan bila nanti kau dan dia telah bersama...
Jangan kau sakiti dia
Seperti kau menyakitiku...”
Ada ketulusan yang luar biasa di sana. Sebuah doa dari hati yang hancur, namun tetap memilih jalan maaf.

Puisi ini memadukan kesedihan dan kebijaksanaan dalam satu napas. “Kata Talak” bukan hanya tentang perpisahan, tapi juga tentang pembebasan — saat seseorang belajar mengikhlaskan cinta yang tak lagi berpihak padanya. Dengan bahasa sederhana namun penuh daya gugah, Nova Elvira berhasil menggambarkan realitas emosional yang sering dialami banyak perempuan, menjadikan puisinya terasa begitu manusiawi dan dekat di hati.

***
Demikian Ketika Talak Menjadi Puisi: Sebuah Renungan Tentang Cinta dan Kehilangan Karya Nova Elvira. 

(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...

Post a Comment